Oleh Lorensius Molan Kupang (ANTARA News) - Tiga dokter spesialis di bawah komando Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT), dr Stefanus Bria Seran, tampak memapah dengan penuh hati-hati mantan Gubernur NTT Piet Alexander Tallo (67) ke ruang rapat paripurna istemewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT pada Rabu itu (16/7). Dengan mengenakan alat bantu pernafasan, mantan orang nomor satu yang pernah 10 tahun menjadi Gubernur NTT itu melambaikan dan melemparkan senyum kepada ribuan orang yang hadir pada rapat paripurna tersebut. Ribuan pasang mata, baik yang melihat langsung dalam ruang sidang itu maupun lewat layar monitor, seakan hening ketika pria berambut perak dengan alat bantu pernafasan yang masih melekat di tenggorokannya itu, melangkah ke podium pimpinan DPRD NTT dalam papaan para medis. Ia hadir pada saat itu untuk menyerahkan jabatannya sebagai Gubernur NTT periode 2003-2008 kepada Frans Lebu Raya (48) yang telah dipilih oleh mayoritas rakyat menjadi Gubernur NTT periode 2008-2013 bersama pasanganya Esthon L Foenay (58) sebagai wakil gubernur pada pemilu gubernur 14 Juni 2008. Menjelang setahun berakhir masa jabatannya sebagai gubernur, Piet Alexander Tallo yang juga mantan Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) dua periode dan mantan Wakil Gubernur NTT itu jatuh sakit. Penyakit asma kembali menyerangnya sehingga membuat suaranya hilang. Ia pernah kehilangan kesadaran beberapa waktu lalu sehingga dibawa ke RSU Tebet Jakarta untuk mendapat perawatan. Sebelumnya dia menjalani pengobatan dan perawatan lanjutan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo di Surabaya, Jawa Timur. Sempat beberapa lama Piet Tallo praktis mengendalikan pemerintahan dari ruang ICU RSU Dr Soetomo, Surabaya. "Berkat doa seluruh rakyat NTT, saya akhirnya bisa hadir kembali di sini. Saya sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi pada diri saya, tetapi Tuhan masih menjaga dan melindungi saya sampai saat ini," katanya dalam jumpa pers di rumah jabatan Gubernur NTT, setelah tim medis menyatakan dia "aman" untuk berbicara sesaat. Tak banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan pada saat itu, karena kondisi kesehatan tokoh NTT itu terlihat belum pulih betul. Para wartawan memilih untuk diam sambil mendengar suara Piet Tallo yang masih terputus-putus. Beberapa saat setelah itu, dari atas kursi sekaligus tempat istirahatnya, ia melantik Sosimus Mitak dan Damianus Wera sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sikka periode 2008-2013 di rumah jabatan Gubernur NTT yang terletak di Jalan Raya El Tari I Kupang. Hadirnya Piet Alexander Tallo pada 16 Juli 2008 itu merupakan penampilannya yang terakhir di depan publik. "Beliau akhirnya terus bertahan sampai akhir masa jabatannya," komentar seorang anggota DPRD NTT dalam nada berbisik kepada ANTARA News, ketika melihat Piet Tallo melangkah ke atas podium pada rapat paripurna istimewa DPRD NTT. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto --mantan Gubernur Jawa Tengah-- yang juga sahabat Piet Alexander Tallo terlihat menyalami karibnya itu. Mardiyanto juga memeluknya beberapa saat sebelum melantik dan mengambil sumpah Frans Lebu Raya dan Esthon L. Foenay sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Pria kelahiran Tefas, TTS, pada 27 Mei 1941, itu mengakui bahwa selama lima tahun memimpin NTT bersama Frans Lebu Raya (wakil gubernur), ia belum berbuat banyak untuk rakyat yang menyebar di berbagai pulau di provinsi kepulauan itu. "Kami belum berbuat banyak untuk rakyat di daerah ini selama lima tahun memimpin NTT. Masih banyak hal yang perlu dibenahi," katanya dalam acara perpisahaan dengan para pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT di Kupang, Sabtu pekan lalu. Dalam acara peripisahan itu, Piet Tallo berpesan kepada para pegawai di lingkungan Sekretaris Daerah (Setda) NTT untuk tetap menunjukkan dedikasi dan pengabdiannya untuk rakyat di daerah ini tanpa memandang siapa pemimpinnya. "Saya minta, agar para PNS dapat membantu Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang baru secara optimal untuk melaksanakan tugas-tugas pengabdian kepada rakyat daerah ini," demikian Piet Tallo, yang terus bertahan sampai akhir masa jabatannya di tengah balutan derita kesehatannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008