Banjarmasin (ANTARA News) - Anang Ardiansyah (70), purnawirawan tentara yang dikenal sebagai seniman dan musisi lagu-lagu Banjar dari Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), selama ini menciptakan 115 lagu daerah Banjar. Dalam percakapan dengan ANTARA News Banjarmasin, Kolonel (Purn) TNI Angkatan Darat itu mengemukakan, dirinya mencipta lagu daerah Banjar sejak 1957 atau sesudah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, mantan Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kalsel yang berkifrah di dunia politik itu lupa nama lagu daerah Banjar yang pertama kali dia cipta, kecuali yang terakhir saat menjelang usia senja berjudul "Maha Patih". Dari sejumlah lagu daerah Banjar ciptaan seniman sepuh itu yang melegenda dan menasional, antara lain, "Paris Barantai" dengan cuplikan liriknya "... Kotabaru gunungnya bamega...". Diungkapkannya, banyak orang yang hanya bisa melantunkan lagu "Paris Barantai" dengan iramanya mendekati irama "cha cha", tapi tidak mengetahui apa hubungan judul lagu tersebut dengan lirik-liriknya yang seakan tak ada korelasi. "Karena, dalam lirik-lirik lagu `Paris Barantai` tidak ada satu kalimat atau kata pun memuat kata `Paris Barantai`, bukan seperti lagu-lagu lain yang dalam lirik-liriknya paling tidak ada sedikit bersinggungan dengan judul lagu," katanya. Ia menerangkan, judul lagu "Paris Barantai" itu diambil dari seorang wanita asal Rantau, kini ibukota Kabupaten Tapin, Kalsel, yang pada masanya cukup aduhai, sehingga memikat semua anak muda, pria khususnya. "Bahkan, begitu mempesona su Paris, maka banyak pula pemuda yang karindangan bila sekali bertemu dengan su Paris tersebut," tuturnya. Su dalam bahasa Banjar adalah singkatan dari panggilan busu alias orang yang dituakan dalam tatanan masyarakat, sedangkan karindangan berarti rindu atau jatuh hati. Ia mengaku, su Paris itulah yang mengilhami terciptanya lagu "Paris Barantai" tersebut dengan mengambil obyek pemandangan Kotabaru, ibukota Kabupaten Kotabaru, Kalsel, yang berada di Pulau Laut dengan Gunung Sebatung yang menjulang tinggi. Perpaduan antara Kotabaru yang berada di pinggir pantai dengan deburan ombak dengan Gunung Sebatung yang menghijau lebat, di mana saat itu hampir sepanjang hari diselimuti awan (mega) menjadikan satu refleksi filosofis mempesona layaknya su Paris. Oleh karenanya, ia mengemukakan, sekali melihat keindahan Kotabaru yang diapit Selat Makasaar dan Laut Sulawesi, serta Gunung Sebatung, maka orang tersebut akan selalu terkenang dan mau melihatnya lagi keindahan panorama "Kotabaru gunungnya bamega" (Kotabaru gunungnya berawan) itu. "Tapi, anda jangan salah, Kotabaru dengan Gunung Sebatungnya hingga tahun 1960-an, bukan seperti Kotabaru dan Gunung Sebatung sekarang," ujar Anang. Seniman sepuh yang mendapat penghargaan dari Gubernur Kalsel atas karyanya itu, nampak tertatih-tatih menggunakan sebilah tongkat untuk datang ke pesta perkawinan anak dari Drs. H. Aminullah Thaib dan Diana, di Restoran Shinta Internasional Banjarmasin, Minggu siang. Kedatangan seniman legendaris Banjar itupun didaulat pengunjung untuk melantunkan sebuah lagu ciptaannya, guna mendengarkan suara emas kembali di kalangan generasi kini. Walau dalam usia senja dan berjalan digandeng, Anang Ardiansyah masih suara emasnya masih mampu memukau pengunjung pesta perkawinan anak dari seorang musikus terkenal di Banjarmasin pada 1960-an sampai 1970-an itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008