Jakarta (ANTARA) - Negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) perlu melakukan terobosan dalam mengimplementasikan Pandangan ASEAN tentang Indo-pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pacific) yang telah disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-34 di Bangkok, Thailand.

Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Lembaga kajian Global Future Institute (GFI) Hendrajit usai memandu seminar terbatas bertajuk "Telaah Strategis dan Kritis tentang Konsepsi Indo-Pasifik di tengah Menajamnya Persaingan Global AS versus China: Perspektif Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif" di Jakarta, Selasa.

"Indo-Pasifik tidak boleh dipandang sebagai business as usual (bekerja sesuai norma umum, red). Negara-negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia sebaiknya tidak larut pada kompetisi global, dan mulai menggunakan kerangka kerja sama ini menjadi sesuatu yang lebih konkrit dan dapat diaktualisasikan," kata Hendrajit.

Ungkapan Hendrajit itu merupakan kesimpulan dari seminar terbatas yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas RI), Kementerian Pertahanan, mahasiswa, dan perwakilan dari beberapa universitas di Jakarta. Dalam seminar itu, beberapa pembicara mengusulkan sejumlah terobosan dapat dilakukan Indonesia sebagai pemrakarsa Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik.

Baca juga: Menlu sebut tiga alasan penting Indo-Pasifik

Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lemhanas RI Berlian Helmy menyampaikan Indonesia dapat menempati posisi sebagai penyeimbang pada kerangka kerja sama Indo-Pasifik.

"Indonesia dapat memainkan peran sebagai balancer (penyeimbang, red), karena sebagaimana kita tahu, Indo-Pasifik merupakan reaksi Amerika Serikat dan negara sekutunya terhadap dominasi China melalui BRI (Belt Road Inisiative/Inisiatif Jalur Sutra, red). Indonesia dapat menjual ideologi-ideologi non diskriminatif dan inklusif dalam membangun kerja sama," jelas Berlian.

Baca juga: Pandangan Indo-Pasifik, upaya Indonesia lindungi multilateralisme

Baca juga: Menhan sebut Indo-Pasifik sebagai sentra perebutan pengaruh ideologis​​​​​​​


Sejalan dengan pendapat Berlian, Kepala Bidang Amerika, Eropa, dan Afrika Badan Instalasi Strategis Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Kolonel Samsul Bahri, mengatakan bahwa Indonesia memiliki nilai tawar yang cukup besar dalam strategi geopolitik Indo-Pasifik.

"Dalam ASEAN Outlook untuk Indo-Pasifik, bidang maritim jadi salah satu sektor kerja sama terbesar. Indonesia dapat bergerak pada ruang itu," kata Samsul.

Indonesia merupakan salah satu pemrakarsa ASEAN Outlook on Indo-Pacific. Dokumen itu terdiri dari 25 bulir kesepakatan mengenai sikap ASEAN terkait konsep kawasan Indo-Pasifik. Dalam pandangan bersama itu, negara-negara anggota ASEAN sepakat bahwa apa pun kerja sama dalam kerangka Indo-Pasifik harus berdasarkan aturan yang turut dibuat oleh negara-negara ASEAN dan dengan mekanisme yang dipimpin ASEAN (ASEAN-led mechanism​​​​​​​).

Dalam dokumen itu, negara-negara ASEAN juga sepakat bahwa kerja sama dalam kerangka Indo-Pasifik harus mengikuti prinsip-prinsip seperti keterbukaan, sentralitas, transparansi, inklusivitas (merangkul semua kalangan, red), tatanan berdasarkan aturan, pengelolaan yang baik, hormat terhadap kedaulatan negara, non-intervensi, kesetaraan, saling percaya, dan tunduk terhadap aturan internasional.

Baca juga: India dukung Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019