Makassar (ANTARA News) - Masalah perekonomian yang semakin memburuk menjadi pemicu meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dadi Makassar. "Dari diagnosis para psikiater di RSJ Dadi diketahui, pasien jiwa rata-rata dilatarbelakangi oleh persoalan ekonomi," jelas dr Dwijoko Purnomo, Pengelola RSJ Dadi di Makassar, Senin. Faktor pemicu lainhya, masalah keluarga, lingkungan sosial, dan sebagainya. Sementara khusus alasan ekonomi, disinyalir terkait dengan dampak kenaikan harga sembako sebagai imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Penderita gangguan jiwa yang dirawat di RSJ Dadi, Makassar, diakui meningkat dari tahun ke tahun. Terbukti pada tahun 2005 terdapat sekitar 400 orang penderita gangguan jiwa, kemudian 2006 naik menjadi 563 pasien, kemudian tahun 2007 bertambah lagi menjadi 592 orang. "Sedikitnya 20 orang pasien baru per bulan, sementara daya tampung rumah sakit terbatas, sehingga yang tergolong parah saja yang ditampung dulu," imbuh dr Fitri yang menangani pendataan pasien baru di RSJ Dadi. Sementara menyoal penderita gangguan jiwa di daerah ini, ia mengakui hanya sebagian kecil yang dapat dideteksi atau dijangkau, karena keterbatasan SDM dan fasilitas. Adapun hasil kajian para psikiatri Universitas Hasanuddin periode 2007 diprediksi, penderita gangguan jiwa yang tersebar di luar RSJ Dadi mencapai 18.000 orang, sedang yang tertampung di RSJ itu hanya sekitar 600 orang. Masih banyaknya pasien yang belum diperiksa di RSJ, karena hanya sedikit keluarga yang mau memeriksakan anggota keluarganya dengan alasan malu atau tidak memiliki biaya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008