Seoul, (ANTARA News) - Hujan deras menyebabkan kerusakan berat pada lahan-lahan pertanian di sebagian Korea Utara pada akhir pekan lalu, kata kantor berita resmi negara itu Selasa. Korea Utara baru bisa bisa mencukupi pangan 23 juta jiwa penduduknya, bahkan dengan panen yang bagus sekalipun, dan badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan pekan lalu, bahwa beberapa bagian negara itu pernah merasakan pengalaman terburuk dalam hal kelaparan di dalam dasawarsa terakhir. Hal itu, menimbulkan krisis kemanusiaan, demikian diwartakan Reuters. "Hujan-hujan deras pada saat ini merusak sektor pertanian dan merusak beberapa daerah, serta berdampak pada sektor ekonomi dan kehidupan rakyat," kata kantor berita Korea Utara KCNA. Banjir besar pada tahun lalu menyebabkan ratusan orang tewas atau hilang, merobohkan bangunan-bangunan, dan merusak lahan-lahan pertania, yang memaksa negara itu minta bantuan asing untuk memerangi krisis pangan yang parah. KCNA tidak menjelaskan lebih rinci mengenai kerusakan pada lahan-lahan pertanian itu atau bagaimana hujan-hujan itu bisa berdampak pada produksi. Namun menjelaskan, bahwa bagian-bagian dari wilayah pertanian yang sangat produktif di selatan juga dilanda hujan deras antara 1-3 Agustus lalu. Program Pangan Dunia PBB pekan lalu mengatakan, bahwa akibat banjir tahun lalu, tingginya harga minyak dan kenaikan harga-harga komoditi, serta menurunnya pengapalan bantuan dari negara-negara termasuk Korea Selatan, menambah buruknya krisis pangan. Amerika Serikat mengatakan, pihaknya akan memberikan 500.000 ton pangan ke Korea Utara sebagai tanda membaiknya hubungan kerjasama mereka. Tetapi Seoul menangguhkan pengapalan bantuan tahunannya setelah presiden konservatif mengambil alih pemerintahan pada Februari, serta menyatakan tak akan mengirimkan bantuan sampai Pyongyang memenuhi janjinya untuk menghapus program persenjataan nuklirnya. Organisasi Pertanian dan Pangan PBB mengatakan pada akhir Maret lalu, bahwa pihaknya memperkirakan Korea Utara akan mengalami kelangkaan pangan (biji-bijian) sekitar 1,66 juta ton pada tahun yang berakhir Oktober 2008, suatu kekurangan pangan terbesar selama kurang lebih tujuh tahun terakhir. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008