Yogyakarta, (ANTARA News) - Pidato RAPBN 2009 yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada sidang paripurna terbuka DPR di Jakarta, Jumat, dinilai sangatlah konvensional dan tidak memberikan inspirasi bagi kemajuan bangsa. "Saya katakan konvensional karena pemerintah mengambil kebijakan defisit dalam RAPBN," kata pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma`ruf SE, MSi. Pemerintah tidak memiliki keberanian untuk merekonstruksi anggaran 2009 sehingga minimal pada posisi berimbang bahkan jika perlu surplus. "Jika presiden berani mengubah pola anggaran defisit menjadi berimbang, meski baru dalam RAPBN, itu sudah dapat dinilai sebagai prestasi karena berani keluar dari kebijakan anggaran yang konvensional," katanya. Langkah seperti ini sangat mungkin akan diikuti kepala daerah dalam penatapan RAPBD sehingga ekonomi di negeri ini benar-benar dapat berdiri pada kapasitas fiskal yang riil. "Pemerintah sebenarnya tidak perlu takut untuk menyeimbangkan antara belanja dan penerimaan, karena dalam jangka panjang pola anggaran yang defisit hanya akan merugikan rakyat," kata Ma`ruf.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008