Kami sudah cukup lama memproduksi obat TBC untuk dewasa dan juga anak
Semarang (ANTARA) - PT Phapros Tbk memperluas pasar ekspor dan untuk pertama kalinya dengan tujuan ke Peru, Amerika Selatan, sesuai dengan permintaan pengiriman obat Tuberkulosis (TBC).

"Kami sudah cukup lama memproduksi obat TBC untuk dewasa dan juga anak. Kami difasilitasi Kementerian Luar Negeri untuk kerja sama Peru dengan Indonesia, sementara Phapros dengan Kementerian Kesehatan Peru," kata Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami seusai pelepasan truk ekspedisi di gudang produk jadi Phapros di Kawasan Industri Candi Semarang, Senin.

Emmy, panggilan akrab Barokah Sri Utami, menjelaskan Peru memiliki banyak perusahaan farmasi lokal, namun di antara mereka belum ada yang bisa memproduksi obat TBC, sehingga ekspor ke Peru juga merupakan salah satu pencapaian Phapros di tahun 2019.

"Total nilai ekspor ke Peru masih di bawah Rp5 miliar, namun di masa depan kami optimistis nilainya bisa lebih besar seiring dengan adanya proyek tender pemerintah negara setempat. Dengan upaya peningkatan ekspor ini, ke depannya kami juga berharap bisa menargetkan kontribusi ekspor dalam penjualan hingga di atas 5 persen," kata Emmy.

Emmy menambahkan pada tahun 2014, Phapros juga telah melakukan ekspor perdana ke Kamboja dengan mengirim 11 jenis produk yang di antaranya merupakan produk unggulan PEHA seperti Antimo Group dan Dextamine.

"Kami terus memperkuat pasar dalam negeri dan juga ekspor. Saat ini sejumlah negara juga tengah mengajukan izin edar (syarat agar produk dari Indonesia bisa masuk ke sana,red.)," kata Emmy.

Emmy menambahkan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi kasus TBC di Peru merupakan yang tertinggi di wilayah Amerika dengan tingkat keberhasilan pengobatannya cenderung lambat hanya sekitar 1,5 persen per tahun (angka tersebut ditingkatkan hingga 4-5 persen) untuk mengakhiri epidemi TBC dan penyakit menular lainnya di 2030.

"Indonesia sendiri, jumlah penderita TBC merupakan ketiga setelah India dan China. Permasalahannya banyak yang malu untuk ke dokter. Padahal obatnya gratis, bahkan ada bantuan transport agar penderita rajin ke Puskesmas. Yang pasti, TBC bisa disembuhkan dan akan lebih cepat jika dilakukan pengobatan sejak dini," demikian Emmy.

Baca juga: Pharos Indonesia tarik Albothyl dari pasaran
Baca juga: YLKI nilai BPOM kecolongan soal Albothyl

Pewarta: Mahmudah/Nur Istibsaroh
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019