Jakarta (ANTARA) - Peneliti asal Rusia Maxim Grigoriev menilai keputusan pasukan Kurdi untuk berdialog dengan pemerintah Suriah cukup terlambat karena nilai tawar yang dimiliki kini tak lagi tinggi dibandingkan dengan satu atau dua tahun lalu.

“Mereka memiliki banyak kesempatan satu atau dua tahun yang lalu (untuk berdiskusi), dan banyak kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang sangat bagus,” kata Grigoriev yang merupakan pimpinan dari Yayasan untuk Studi Demokrasi (Foundation for the Study of Democracy) Rusia saat diwawancara usai mengisi seminar bertajuk ‘Russia’s View of Modern Geopolitics in the Middle East’ di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Kremlin soal Suriah: AS khianati Kurdi

Namun, pada saat itu, Grigoriev mengatakan pihak Kurdi berpikir Amerika Serikat akan membantu mereka mengatur negara mereka sendiri, sehingga mereka menolak untuk melakukan negosiasi dengan Damaskus.

“Kini AS telah pergi, mereka menggunakan pasukan Kurdi untuk melawan ISIS lalu mengucapkan selamat tinggal, begitu saja,” jelasnya.

Dengan demikian, posisi tawar Kurdi dalam bernegosiasi dengan pemerintah Suriah tak lagi kuat.

Baca juga: Keluarga Kurdi mengungsi ke perbatasan Suriah-Irak hindari perang

Pada Oktober lalu, seorang pejabat Kurdi Suriah mengatakan kemungkinan akan membuka diri untuk berdialog dengan Damaskus guna mengisi kekosongan keamanan setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari daerah perbatasan Turki.

Seorang komandan utama juga mengatakan bahwa satu pilihan Kurdi adalah menyerahkan kembali wilayah kepada Pemerintah Suriah.

Baca juga: Rusia: Suku Kurdi sudah tarik pasukan dari perbatasan Suriah-Turki

Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Maqdad mengatakan pada pertengahan Oktober bahwa pihaknya tak sudi melanjutkan dialog dengan kelompok yang didukung oleh Amerika Serikat itu.

Maqdad menganggap kelompok tersebut telah berkhianat kepada negara dan menuduh mereka memiliki agenda separatisme hingga memberi dalih bagi Turki untuk melanggar kedaulatan negaranya.

 

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019