Buenos Aires (ANTARA News) - Argentina akan melunasi seluruh utangnya kepada Paris Club yang mencapai 6,7 miliar dolar AS, demikian Presiden Christina Fernandez, Selasa waktu setempat. Langkah ini diprediksi akan memperkuat keyakinan investor dan membuka pintu investasi modal demi memulihkan ekonomi yang sempat melambat. Pembayaran utang ini akan menyedot sekitar 17 persen cadangan devisa Argentina yang mencapai 47,1 miliar dolar AS. "(Pelunasan utang ini) menegaskan kepatuhan Argentina dalam memenuhi kewajiban internasionalnya," kata Christina. Pasar bereaksi positif terhadap berita itu sehingga harga obligasi langsung menguat. Namun beberapa analis menyangsikan masih adanya perubahan kebijakan yang sebetulnya menjadi perhatian banyak pihak. "Pemerintah percaya ini akan membuka pintu pinjaman dan melunakkan syarat pembiayaan untuk proyek infrastruktur dan sektor swasta, tapi risikonya pemerintah menjadi merasa itulah yang harus mereka lakukan," kata Daniel Kerner, analis Amerika Latin pada Eurasia Group, New York. Pada 2001, Argentina tidak mampu membayar obligasinya yang bernilai 95 miliar dolar AS hingga disebut sebagai peristiwa gagal bayar terbesar dalam sejarah. Mantan Presiden Nestor Kirchner yang suami Christina lalu merestrukturisasi sebagian besar utang itu pada 2005. Setahun kemudian, Argentina membayar 9,5 miliar dolar AS utangnya kepada Dana Moneter Internasioanl (IMF) pada 2006, namun pinjaman Paris Club belum bisa dilunasi. Ironisnya, para analis pasar malah menyebut pelunasan utang ke Paris Club ini akan membebani keuangan Argentina karena ditengarai telah memangkas belanja publiknya. Lebih aneh lagi adalah rekomendasi dua lembaga pemeringkat Moody`s dan Standard and Poor`s yang justru mengategorikan investasi di Argentina kian beresiko sehingga mereka menurunkan peringkat obligasi Argentina masing-masing menjadi "stabil" dari positif dan B dari "investment grade". Argentina masih memiliki 14,5 miliar dolar AS dana tunai yang cukup untuk menjaga perbankan, kata Fausto Spotorno, ekonom pada Orlando J. Ferreres y Asociados consultancy, Buenos Aires. Beberapa pekan lalu Argentina terpaksa membeli kembali (buy back) obligasi yang jatuh tempo pada 2008 dan 2009 akibat harganya turun setelah awal Agustus lalu pemerintah menjualnya kepada Venezuela hingga senilai 1,5 miliar dolar AS. Penjualan obligasi ke Venezuela ini dianggap banyak pihak sebagai pertanda Argentina tengah kesulitan keuangan. Christina yang terus dikritik karena mengabaikan turunnya peringkat justru menempuh langkah ini untuk meyakinkan khalayak bahwa Argentina mammpu mengatasi masalah. "Sebuah negara tidak boleh tunduk pada pinjaman," katanya Agustus lalu. Tak hanya melunasi utang ke Paris Club, Christina melangkah lebih jauh dengan menaikkan belanja pemerintah, memperluas kredit kepada UKM dan meluncurkan berbagai peraturan untuk melindungi industri lokal dari impor. AS, melalui Jurubicara Deplu AS Sean McCormack berhati-hati menanggapi perkembangan di Argentina ini dengan menyatakan menyambut baik berita pelunasan utang Paris Club itu. "Ini merepresentasikan sebuah langkah penting bagi konsolidasi posisi Argentina di pasar internasional," kata McCormack. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008