Moskow (ANTARA News)- Para menlu dari enam negara bekas Sovyet Kamis mendukung peran Rusia dalam konfliknya dengan Georgia, tetapi tidak mengakui kemerdekaan dua wilayah di sana yang memberontak. "Para menlu itu mendukung peran aktip Federasi Rusia dalam mengusahakan perdamaian dan kerjasama di Kaukasus," kata sebuah pernyataan yang disahkan oleh para menlu dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO)), satu blok regional. "Para menlu dari negara-negara CSTO menyatakan kecemasan yang dalam atas penggunaan pasukan militer Georgia di Ossetia Selatan , yang menyebabkan banyak korban sipil tewas dan pasukan pemelihara perdamaian Rusia dan satu malapetaka kemanusiaan yang serius. Pasukan Rusia tetap berada di wilayah Georgia kendatipun seruan internasional untuk menarik mereka setelah Rusia memukul mundur usaha Georgia untuk menguasai kembali provinsi Ossetia Selatan yang memisahkan diri bulan lalu. Akan tetapi Moskow, gagal mendapat dukungan dari sekutu-sekutu dekatnya di kawasan itu bagi keputusannya untuk mengakui kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan, satu tindakan dikuatirkan dapat merumitkan sengketa-sengketa wilayah lain di kawasan itu. Sejauh ini hanya Nikaragua mengikuti jejak Rusia mengakui kemerdekaan dua wilayah itu. Dalam agaknya mengacu pada dukungan Barat terhadap Georgia, pernyataan itu menyerukan "semua negara agar mengevaluasi situasi dengan cara yang seimbang dan objektif dan tidak meneruskan aksi yang dapat memprovokasi peningkatan aksi permusuhan." CSTO terdiri atas Armenia, Belarusia, Kyrgystan, Kazakhstan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan. Pertemuan itu dituan rumahi Moskow oleh Menlu Sergei Lavrov, yang mengulangi kecamannya dukungan Barat terhadap Georgia. Presiden-presiden dari negara anggota CSTO menurut rencana akan bertemu di Moskow, Jumat sementara Rusia mencari dukungan bagi kebijakannya di wilayah Kaukasus, yang dikecam keras negara-negara Barat itu. Pertemuan itu dilakukan beberapa hari setelah satu kelompok bekas Sovyet lainnya, Organisasi Kerjasama Shanghai, juga memberikan dukungan kepada Rusia tetapi juga tidak mengakui kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhazia. Dua provinsi Georgia yang memberontak itu yang melepaskan diri dari wilayah Georgia lainnya dalam konflik awal tahun 1990-an dan menjadi sebagai negara yang secara defakto merdeka dengan dukungan diplomatik dan ekonomi yang kuat dari Rusia sejak itu, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008