Jayapura (ANTARA News) - Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Eko Danto mengakui, hingga saat ini masih ada kelompok yang tidak ingin Papua dalam kondisi aman dan ingin pula menganggu kegiatan operasional PT Freeport Indonesia (PTFI). "Ini terbukti adanya selebaran yang disebarkan kelompok tertentu untuk menghasut masyarakat. Selebaran itu beredar di sekitar Timika, Kabupaten Mimika, Papua yang mengajak melakukan aksi menutup kegiatan operasi PT.Freeport dan mengibarkan bendera Bintang Kejora," kata Kapolda Bagus Eko Danto di Timika menjawab pertanyaan ANTARA melalui telpon selularnya, Jumat petang. Dikatakannya, surat edaran itu seakan akan dibuat salah satu kelompok OPM pimpinan Kelly Kwalik. Surat tersebut beredar beberapa waktu lalu sebelum kunjungan Dubes AS untuk Indonesia, Cameron Hume, yang berkunjung ke Timika Rabu (9/9). Diakuinya, pihaknya sudah mendapat kepastian kalau surat edaran tersebut bukan berasal dari kelompok itu. Untuk itu pihaknya berharap masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan ajakan tersebut, tegas Kapolda Papua seraya menambahkan, beberapa tokoh masyarakat bahkan meminta Polda Papua mengusut tuntas kasus peledakan yang terjadi di kawasan operasional PT Freeport pada Kamis (11/9) dan Jumat dini hari. "Saya sudah bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat dan pada umumnya mereka minta agar kasus peledakan di kawasan Freeport dituntaskan," tegas Kapolda Papua. Diakuinya, ledakan itu merupakan aksi teror yang sengaja di lakukan kelompok yang tidak bertanggung jawab guna mengganggu kegiatan operasional perusahaan tersebut. Ketika ditanya tentang asal ledakan di dua lokasi yakni di mile 30 dan 50, Irjen Pol Eko Danto dengan tegas mengatakan, ledakan itu berasal dari mortir yang diledakkan dengan cara berbeda. Untuk di mile 30 menggunakan kompor, sedangkan di mile 50 karena mortirnya relatif lebih kecil menggunakan tumpukan batu. Berbagai barang bukti termasuk satu mortir yang tidak meledak sudah diamankan, jelas Kapolda Papua tanpa mau menjelaskan mortir tersebut buatan mana dengan alasan masih dalam penyelidikan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008