Washington (ANTARA News) - Lapisan es di laut Kutub Utara tampaknya telah mencapai tingkat paling rendahnya sepanjang tahun dan tingkat paling rendah kedua yang tercatat sejak kelahiran era satelit, demikian menurut pengamatan dari U.S. National Snow and Ice Data Center. Meskipun berada sedikit di atas catatan rendah minimum yang ditetapkan pada 16 September 2007, musim tahun ini memperkuat kecenderungan negatif kuat pada lapisan es laut selama musim panas yang diamati selama 30 tahun terakhir, demikian antara lain isi laporan yang disiarkan Selasa. Sebelum tahun lalu, catatan rendah sebelumnya untuk September ditetapkan pada 2005. Pusat data tersebut akan mengeluarkan alanisi mengenai kemungkinan penyebab di balik kondisi es laut Kutub Utara tahun ini selama pekan pertama Oktober. Pada Maret, ketika Kutub Utara mencapai lapisan es laut maksimumnya selama mudim dingin, beberapa ilmuwan dari NASA dan pusat data pendukung NASA melaporkan lapisan es yang lebih tua dan tebal terus menyusut. Menurut data microwave satelit yang diproses NASA, es abadi itu yang dulu menutupi 50-60 persen Kutub Utara musim dingin saat ini hanya menutupi kurang dari 30 persen. Es laut abadi adalah lapisan es yang berusia panjang yang tetap ada bahkan ketika es laut musiman yang berusia pendek mencair hingga batas minimum selama musim panas. Para ilmuwan NASA telah mengamati lapisan es Kutub Utara sejak 1979. NASA mengembangkan kemampuan untuk mengamati lapisan itu dan konsentrasi es laut dari udara selama sensor microwave pasif. Es tersebut menyusut hingga batas minimumnya pada 12 September 2008, ketika es itu menutupi wilayah seluasa 4,52 juta kilometer persegi, dan kini tampaknya berkembang, saat Kutub Utara mulai memasuki musim dingin, kata National Snow and Ice Data Center. Satu terusan di Northwest Passage --jalur laut yang telah lama diinginkan antara Eropa dan Asia -- terbuka pada 2007 dan 2008. Pada tahun ini juga terjadi pembukaan Northern Sea Route, yang melewati Samudra Kutub Utara di sepanjang pantai Siberia. Ice Center tersebut bulan lalu menyatakan terjadi pencairan es mendasar di Laut Chukchi di lepas pantai Alaska, Eastern Siberian Sea, di lepas pantai Rusia timur, salah satu habitat populasi terbesar beruang kutub di dunia. Karena beruang kutub menggunakan gumpalan es terapung sebagai landasan untuk berburu anjing laut, mereka terpaksa berenang menempuh jarak yang lebih jauh ketika es mencair, sehingga sangat mungkin mereka akan kelelahan dan mati tenggelam. Es kutub merupakan satu faktor dalam pola cuaca dan iklim global. Perbedaan antara udara dingin di kutub dan udara hangat di sekitar Khatulistiwa mengirim udara dan arus hangat, termasuk arus pekat, kata Meier, seperti dilaporkan Xinhua dan Reuters. Es laut membantu menahan udara dingin di sekitar Kutub Utara karena warna putihnya memantulkan sinar matahari. Ketika es laut menghilang, air gelap yang baru terbuka menyerap lebih banyak sinar matahari, sehingga mempercepat dampak pemanasan. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008