New York (ANTARA News) - Harga minyak merangkak naik Kamis waktu setempat, dalam perdagangan yang lesu, setelah bank-bank sentral utama menyuntikkan dana segar ratusan miliar dolar AS ke dalam sistem perbankan yang ketat dalam upaya menenangkan pasar finansial yang bergejolak. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Oktober, naik 72 sen menjadi ditutup pada 97,88 dolar AS per barrel. Harga minyak sempat mencapai posisi tertinggi 102,24 dolar AS dalam perdagangan harian, sebelum para investor melarikan diri dalam "badai finansial". Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, meningkat 35 sen menjadi mantap pada 95,19 dolar AS. Federal Reserve AS dalam tindakan gabungannya dengan bank-bank sentral lainnya menggelontorkan lebih dari 300 miliar dolar AS ke dalam pasar uang awal Kamis dalam sebuah upaya untuk menahan berkembangnya krisis kredit global. "Sekalipun pergerakan pasar hari ini lebih sensitif terhadap berita-berita yang berhubungan dengan finansial daripada data fundamental impor, hari ini terlihat ada kenaikan didasari ketidakpastian fundamental dan geopolitik yang menyelimuti pasokan minyak," kata Mike Fitzpatrick, analis MF Global. Harga minyak telah meningkat sekitar enam dolar AS pada Rabu, setelah bailout sebesar 85 miliar dolar AS terhadap raksasa asuransi AIG oleh pemerintah AS gagal menenangkan kegelisahan para pedagang dan mendorong "rush" kepada komditas sebagai sebuah "safe haven" (tempat berlindung yang aman) dari badai pasar finansial. "Sekalipun harga minyak naik, namun nyatanya hanya sebagai tempat perlindungan terhadap krisis ini. Jika di sana tidak ada uang untuk dipinjamkan untuk membangun pabrik-pabrik atau membeli barang-barang China, kemudian bagaimana dunia akan memerlukan banyak minyak?" kata Phil Flynn dari Alaron Trading. Setelah serangkaian bailout multi miliaran dolar AS pekan ini, kejatuhan Lehman Brothers dan pengambilaihan di sektor keuangan, para investor masih melihat dua bank investasi besar AS lainnya, Morgan Stanley dan Goldman Sachs, dan Washington Mutual, bank tabungan dan kredit terbesar AS. Dengan pasar yang bergolak, para analis mengatakan para investor memberikan sedikit perhatian terhadap "perang minyak" yang diluncurkan akhir pekan lalu oleh kelompok militan terhadap perusahaan-perusahaan minyak di Nigeria dan ketatnya cadangan minyak mentah AS. Pergerakan untuk Emansipasi Delta Niger telah menyerang beberapa instalasi yang dioperasikan oleh raksasa minyak multinasional, dan mengklaim serangan tersebut sebagai tanggapan atas serangan oleh angkatan bersenjata terhadap sakah satu posisi mereka. Laporan mingguan cadangan energi AS Rabu, menyediakan beberapa tambahan dukungan untuk harga minyak, dengan cadangan minyak mentah AS turun 6,3 juta barrel dalam pekan yang berakhir 12 September ketika produksi energi AS terganggu Badai Ike di Teluk Meksiko, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008