New York, (ANTARA News) - Ketakutan atau permusuhan terhadap Islam (Islamfobia) telah berkurang, namun dunia Islam harus terus berjuang menghapuskan Islamfobia. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan hal tersebut ketika memberikan pernyataan dalam rapat koordinasi tahunan para menteri luar negeri dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Markas Besar PBB, New York, Jumat. "Tahun lalu, waktu kita bertemu di sini, kita sangat prihatin atas citra negatif Islam di berbagai belahan dunia. Sekarang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan anti-Islam makin berkurang. Ini hal yang menyenangkan," kata Hassan. Menurut Menlu, berkurangnya Islamfobia merupakan hasil dari komunikasi lebih baik yang dijalankan berbagai pihak dalam meyakinkan dunia bahwa Islam adalah negara yang menganut nilai-nilai perdamaian dan belas kasih. Dalam upaya tersebut, paparnya, Indonesia sendiri terus menjalankan berbagai upaya meyakinkan dunia tentang ajaran Islam sebenarnya. Upaya tersebut antara lain dilakukan, antara lain melalui penyelenggaraan "Konferensi Internasional Akademisi Muslim ke-3" pada Juli lalu di Jakarta, "Dialog Inter-Media Global" atas bekerja sama dengan Norwegia, dan acara "Kemping Pemuda Antar-Iman". "Upaya-upaya serupa, yang juga dilakukan di negara-negara Islam lainnya, sudah mulai memberikan hasil. Tapi kita tidak boleh berpuas diri. Kita harus terus bekerja keras dan saling mendukung upaya satu dan lainnya," kata Hassan mengingatkan. Krisis Pangan Dalam Rakor OKI yang berlangsung di sela-sela rangkaian sidang ke-63 Majelis Umum PBB itu, Hassan juga berbicara soal krisis pangan dunia dan peran apa yang bisa dimainkan negara-negara OKI dalam menanggulangi krisis global tersebut. Ia mengingatkan, ketersediaan pangan makin berkurang karena tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk dan harga-harga pangan juga makin tinggi --harga beberapa bahan pokok seperti beras dan tepung bahkan telah meningkat dua kali lipat. "Karena kita yang anggota OKI ini kebanyakan merupakan negeri pertanian, kita bisa berperan dengan jalan meningkatkan produksi pangan. Karena itu, mari kita beri penekanan terhadap sektor pertanian dalam strategi pembangunan nasional kita. Dan mari kita berdayakan petani-petani miskin," kata Menlu. Hassan juga membagi pengalaman Indonesia dalam mendorong peningkatan produksi pangan. Upaya yang dilakukan Indonesia, ujar Hassan, adalah dengan mendorong para petani kecil untuk membentuk koperasi dan memberi mereka lahan untuk bercocok tanam, juga dana, teknologi dengan biaya murah, bibit unggul serta pupuk murah. "Pada saat yang sama, kita di OKI harus juga berusaha keras melalui kerjasama Selatan-Selatan untuk melakukan alih teknologi, pembangunan kapasitas, investasi, dan tukar pengalaman," katanya. Di tingkat internasional, Menlu mengatakan negara-negara OKI harus mengupayakan kemitraan yang lebih baik untuk memastikan amannya persediaan pangan dunia. Menurut Menlu, OKI mungkin perlu menerapkan sistem yang dapat secara cepat menangani kekurangan persediaan bahan makanan pokok seperti yang telah dipunyai ASEAN, seperti "ASEAN Food Security Reserve", "ASEAN Food Security Information System", dan "East Asia Emergency Rice Reserve". (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008