Jakarta (ANTARA) - Museum Nasional saat ini menyimpan 471 alat musik dari berbagai suku di Indonesia yang merupakan warisan dari seorang seniman berkebangsaan Belanda Jaap Kunst.

Jaap Kunst adalah musisi yang datang ke Hinda Belanda pada 1919 dan akhirnya mendokumentasikan musik-musik dari berbagai suku di Indonesia.

"Sebelum dia pulang ke Belanda (7 Maret 1934), Jaap Kunst menyerahkan sekitar 1.000 alat musik kepada Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenchappen yang sekarang menjadi Museum Nasional pada 1933," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Museum Nasional Nusi Lisabilla di Jakarta, Senin.

Baca juga: Kemendikbud: Jaap Kunst peletak dasar dokumentasi musik Indonesia

Dari 1.000 alat musik yang diwariskan oleh Jaap Kunst, menurut Nusi, baru sekitar 471 yang diduga kuat merupakan warisan dari Jaap Kunst. Sementara sisanya masih dalam proses identifikasi dan ada juga beberapa alat musik yang sudah tidak ada.

Misalnya saja bundengan atau kowangan yang bentuknya seperti tudung yang dipakai para penggembala bebek di sawah agar tidak kehujanan dan kepanasan. Jaap Kunst menemukan alat musik tersebut di daerah Boyolali, menurut Nusi, Jaap Kunst menghibahkan tiga bundengan untuk Museum Nasional.

"Namun sekarang tidak ada sama sekali, mungkin karena bahannya dari ruas bambu maka alat tersebut sudah rusak," kata Nusi.

Baca juga: Museum Nasional gelar pameran arsip musik Jaap Kunst

Menurut Nusi, warisan Jaap Kunst di Museum Nasional tidak tersentuh. Secara tidak sengaja pada 2004, Nusi menemukan benda-benda tersebut di Museum Nasional dengan nomor pengarsipan yang ganjil.

Setelah melakukan penelusuran, barulah Nuri tahu benda-benda tersebut adalah warisan dari Jaap Kunst.

Tak hanya alat musik, Jaap Kunst juga meninggalkan rekaman suara-suara dari alat-alat musik tradisional tersebut yang direkam dalam silinder lilin, dan juga foto-foto serta video-video bentuk dari alat-alat musik itu.

Museum Nasional menyimpan 627 silinder lilin, 171 keping positif kaca, foto-foto yang teridentifikasi sebagai warisan Jaap Kunst.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019