Jakarta (ANTARA News) - Dampak krisis sektor keuangan global yang mulai menyebar dari Amerika Serikat kini telah melintas ke sektor riil negara itu, tepatnya industri otomotif. Pada penutupan perdagangan saham di Wall Street, Kamis (Jumat pagi WIB), harga saham General Motors Corp (GM) terjun ke level terendah dalam kurun 58 tahun terakhir dicampakkan oleh kekhawatiran yang menggunung bahwa kejatuhan industri otomotif yang mulai dirasakan AS akan meluas ke seluruh dunia dan diprediksi menghancurkan permintaan pada produk itu di sepanjang 2009. Saham GM sempat terperosok 33 persen di level 4,65 dolar AS sehingga kapitalisasi pasarnya tersunat menyentuh level terendah sejak 1929, demikian Global Financial Data yang berpusat di California. Saham GM akhirnya ditutup anjlok 31,11 persen pada 4,76 dolar AS per saham di Bursa Saham New York (NYSE). Saham raksasa otomotif lainnya, Ford Motor Co, juga terbanting hingga 24 persen ke level terendah dalam kurun 26 tahun terakhir. Saham Ford ditutup di level 2,08 dolar AS atau tergunting 21,8 persen dari harganya semula. Saham-saham perusahaan otomotif besar lainnya ikut terjerembab. Level terendah kapitalisasi pasar dari saham GM sempat mencapai 2,6 miliar dolar AS atau di bawah rekor terendah kapitalisasi saham 4 miliar dolar AS yang menampar perusahaan ini pada 1929 tatkala pasar saham AS bergolak karena Depresi Besar. JD Power and Associates, lembaga pemberi referensi bisnis yang dipakai banyak industri dunia untuk menyiapkan langkah bisnisnya mengingatkan, tidak ada satu pun kawasan di dunia ini yang kebal dari dampak krisis ekonomi global yang telah menghajar negara-negara maju lebih keras ketimbang dirasakan negara-negara ekonomi berkembang. Lembaga pemringkat Standard & Poor's yang telah menurunkan peringkat GM dan Ford jauh di bawah standarnya menyatakan, kedua perusahaan otomotif ini memang masih cukup likuiditas untuk melewati tahun 2008, namun pemburukan fundamental industri otomotif yang berjalan cepat akan menjadi tantangan serius bagi kondisi likuiditas mereka di sepanjang 2009. Merosotnya kinerja saham GM yang berjalan kian cepat setelah ada peringatan dari S&P ini adalah salah satu faktor yang turut membenamkan indeks Dow Jones Industrial Average di mana GM menjadi salah satu komponennya. Mirko Mikelic, manajer portofolio pada Fifth Third Asset Management di Grand Rapids, Michigan mengunggkapkan, tenggelamnya kepercayaan konsumen sangat mungkin menjadi alasan terbesar di balik terhempasnya saham GM dan Ford. "Di luar sektor keuangan, ada masalah lebih gawat yang terjadi yaitu perihal keleluasaan konsumen berbelanja barang diantaranya kendaraan. Dan ya, saham-saham otomotif sungguh termasuk (saham-saham) yang paling rentan (diserang isu)," kata Mikelic. Penjualan otomotif AS telah jatuh hampir 13 persen dalam sembilan bulan pertama tahun 2008 dan tahun ini diperkirakan menjadi tahun penjualan terburuk semenjak awal dekade 1990an. Terpelantingnya volume penjualan ini bahkan akan berlanjut di tahun 2009 saat mana industri otomotif bakal merana karena lumpuhnya pemintaan konsumen. Laporan-laporan menunjukkan, tekanan akan berpusat pada raksasa otomotif berbasis di AS, yaitu GM, Ford dan Chrysler yang semuanya terpaksa menyusun rencana restrukturisasi dan berupaya keras mempertahankan kesegaran likuiditasnya sampai penjualan kendaraan di negeri itu pulih. Para analis mengatakan, produsen otomotif lainnya yang turut menguasai pasar AS seperti Toyota Motor Corp mempunyai kantong uang yang lebih tebal untuk mengatasi menurunnya volume penjualan di sektor strategis ini. Toyota bahkan telah menawarkan kredit bebas bunga untuk 11 model kendaraan buatannya setelah pada September volume penjualannya jatuh hingga 32 persen. "Program ini kemungkinan akan diperluas," kata kepala penjualan untuk wilayah Amerika Utara Jim Lentz. Berkaitan dengan GM, Direktur Pelaksana Fitch Ratings Mark Oline mengatakan, "Ada kekhawatiran yang makin menggumpal bahwa kondisi ekonomi dan krisis kredit akan menggunting volume penjualan." GM sendiri telah mengumumkan rencana peningkatan likuiditasnya hingga 15 miliar dolar AS dengan cara memangkas ongkos produksi, menjual asset dan mengajukan pinjaman baru. Juru bicara GM Renee Rashid-Merem menerangkan, perusahaanya akan tetap fokus pada rencana penyehatan likuiditas namun ia enggan mengomentari jatuhnya saham GM di Wall Street. Seorang bankir investasi yang menolak menyebutkan namanya karena takut dianggap melanggar ketentuan SEC tentang "short selling" justru secara implisit menyebut aksi "short selling" berada di balik kejatuhan harga saham GM. "Itu semua mesti diseimbangkan lagi," katanya. Dipertanyakan Oline menilai kesulitan terbesar yang dialami GM adalah hancurnya pasar domestik AS namun ada juga kekhawatiran bahwa melemahnya permintaan secara global dapat memukul operasi bisnis GM di luar negeri, terutama Eropa Barat, Rusia dan China. "Pemangkasan volume penjualan akan mendorong orang bertanya perihal kelayakan likuiditas perusahaan sekaligus meningkatkan kekhawatiran terhadap kondisi transaksi kredit dalam rantai suplai," kata Oline. GM, produsen otomotif terbesar AS. menderita rugi bersih 15,5 miliar dolar AS pada kuartal kedua tahun ini dan berencana menggenjot produksi kendaraan-kendaraan hemat energinya di Amerika Utara untuk menutup jatuhnya permintaan pada kendaraan pikap dan SUVs. Menjaga produksi kendaraan penumpang dan truk memang sebuah kerja keras. Oleh karena itu, Credit Suisse yakin dalam beberapa bulan ke depan GM dan Ford akan mengalihkan produksinya ke kendaraan penumpang. GM diperkirakan akan mengubah lagi rencana penyegaran likuiditas setelah memperoleh gambaran kinerja pada kuartal ketiga, namun ini bukan karena perusahaan yakin bakal menangguk untung di periode itu. Para analis dan eksekutif otomotif sendiri telah merevisi penjualan kendaraan ringannya untuk 2008 dan 2009 awal tahun ini setelah melonjaknya harga BBM memukul produksi kendaraan besar dan tekanan semakin rendahnya kepercayaan konsumen akibat kian dalamnya krisis kredit di negeri itu. Baru-baru ini, ada gambaran pelambatan dalam pasar otomotif yang sudah mapan di Eropa dan pertumbuhan yang lebih moderat di negara-negara ekonomi berkembang di mana para produsen otomotif membidik untung. GM yang penjualannya jatuh 1,9 persen di Eropa dalam sembilan bulan pertama tahun 2008 dan Ford yang mengandalkan pertumbuhan penjualan di luar Amerika Utara, kini berusaha merestrukturisasi pasar domestik mereka. Penakar prospek bisnis industri, JD Power dan Global Insight, telah menurunkan perkiraannya sepanjang 2008 untuk pasar penjualan kendaraan ringan sembari memperkirakan pemulihan pasar akan berlangsung lambat. Keduanya menyinggung pertumbuhan industri otomotif di kawasan-kawasan kunci di luar AS. "Sepanjang industri otomotif global menunjukkan perlambatan pada 2008, maka pasar global untuk industri ini akan serempak ambruk," kata Jeff Schuster, Direktur Eksekutif bidang otomotif JD Power. Untuk AS saja, JD Power memprediksi penjualan otomotif pada 2009 hanya mencapai 13,2 juta unit, sedangkan Global Insight mematok angka 13,4 juta unit, lebih rendah dari tahun 2007 yang mencapai 16,15 juta unit kendaraan. (*)

Pewarta: David Bailey/Reuters
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008