Surabaya (ANTARA News) - Krisis keuangan global saat ini dinilai bisa menjadikan momentum untuk menata ulang sektor agroindustri untuk memperkuat basis perekonomian nasional, kata pengamat ekonomi Adig Suwandi di Surabaya, Jumat. Menurut Wakil Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu, keunggulan kompetitif agroindustri sebagai kegiatan ekonomi berbasis sumber daya lokal yang secara langsung melibatkan komunitas rakyat, dapat menjadi penghela krisis yang ampuh. "Sayangnya pengalaman krisis 1998 tidak juga menjadikan Indonesia bangkit. Terbukti tidak adanya greget yang mampu membuat sektor agroindustri berjaya pada saat ini," katanya. Adig Suwandi mengemukakan Indonesia sudah terjebak perangkap kapitalisme global, dimana hampir semua produk agroindustri yang seharusnya dapat diusahakan melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal, ternyata harus diimpor. "Harga produk impor yang umumnya lebih murah, membuat banyak orang tergoda untuk melakukannya dibanding berinvestasi untuk menghasilkan sendiri," jelasnya. Adig mencontohkan investasi pembangunan industri gula rafinasi berbahan baku "raw sugar" impor yang lebih diminati investor, dibanding agroindustri pergulaan tebu yang dimulai dari perkebunan. Tidak adanya insentif, keterbatasan infrastruktur, sulitnya mendapatkan lahan, dan sejumlah persoalan lainnya, masih menjadi hambatan struktural pembangunan pabrik gula baru. "Beda dengan pendirian industri gula rafinasi, yang tidak terlalu memerlukan lahan luas, tapi profitnya segera dapat dinikmati," tambahnya. Kondisi itu masih ditambah dengan banyaknya fasilitas yang disediakan pemerintah untuk industri gula rafinasi. Adig menambahkan depresiasi rupiah saat ini hendaknya dijadikan momentum untuk menata ulang agroindustri, termasuk meningkatkan daya saing pabrik gula. "Kalau kita dapat berswasembada atau mungkin mengekspor sejumlah komoditas agroindustri, tentu krisis seperti sekarang malah menjadi peluang," tegasnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008