Jakarta (ANTARA News) - Panitia kerja asumsi anggaran DPR RI dan pemerintah menyepakati asumsi inflasi 2009 sebesar 6,2 persen, lebih rendah dari yang diusulkan pemerintah 7,0 persen. Besaran itu disepakati karena beberapa pertimbangan di antaranya melunaknya harga komoditas dunia terutama minyak, kata Koordinator Panja Asumsi RAPBN 2009 Harry Azhar Azis di Jakarta, Selasa. Selain inflasi, Panja dan pemerintah menyepakati suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 3 bulan sebesar 7,5 persen mengikuti tren dunia. "Untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP-red) pada 2009 disepakati 80 dolar AS per barel dan nilai tukar rupiah sebesar 9.400 per dolar AS," katanya. Menurut Harry Azhar, inflasi kemungkinan bisa lebih rendah dari 6,2 persen karena angka itu sebenarnya asumsi yang mencul akhir September lalu ketika asumsi harga minyak 95 dolar AS per barel. "Kalau harga minyak turun jadi 80 dolar AS per barel, maka inflasinya seharusnya lebih rendah lagi," katanya. Sedangkan suku bunga ditetapkan 7,5 persen, katanya, untuk lebih mendorong sektor riil sehingga diharapkan pengangguran dan kemiskinan bisa berkurang. "BI sebenarnnya mengkaji besaran 9.300 hingga 9.700 per dolar AS. Tapi kita ingin memperkuat rupiah dan harus ada sedikit usaha dari otoritas moneter dan fiskal untuk meningkatkan koordinasi," katanya. Dengan besaran harga minyak mentah Indonesia (ICP) 80 dolar AS per barel, dia memperkirakan defisit bisa menjadi 1,2 persen. Dia menyebutkan, pada 2009 pendapatan negara diperkirakan mengalami penurunan hingga menjadi Rp982,7 triliun, dan belanja negara diperkirakan sebesar Rp1.047,6 triliun. Sebelumnya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengusulkan beberapa besaran asumsi pokok RAPBN 2009, yaitu pertumbuhan ekonomi 5,5-6,1 persen, nilai tukar 9.500 per dolar AS, inflasi 7,0 persen, suku bunga SBI 3 bulan 8,5 persen dan harga ICP 85 dolar AS per barel. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008