New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah merosot di bawah 80 dolar AS pada Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi, karena eforia tentang upaya penyelamatan bank-bank internasional kalah terhadap kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global, kata para analis. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November, ditutup turun 2,56 dolar AS pada 78,63 dolar AS di New York. Kontrak, yang naik 3,49 dolar AS pada Senin, telah pulih kembali dari posisi terendah dalam satu tahun Jumat lalu, di tengah kekhawatiran meluasnya kemerosotan finansial. Pada Selasa, minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman November turun 2,93 dolar AS menjadi 74,53 dolar AS. "Intervensi pemerintah barangkali sebuah langkah bagus dalam mencoba melepas kebekuan kredit, namun minyak mentah akan naik (signifikan) hanya ketika di sana ada pembukaan kebekuan permintaan," kata analis Petromatrix, Olivier Jakob. Dia menambahkan: "Jelas, investor global sedang mendapatkan lebih banyak .... kesempatan membeli dalam saham daripada dalam komoditas." Pasar saham global mencatat satu kenaikan balik terbesar mereka yang pernah terjadi pada Senin, di tengah upaya di Eropa menyelamatkan bank-bank bermasalah dan membuka kebekuan kredit. Saham-saham naik lagi pada Selasa di Eropa pdan Asia, dengan Tokyo mencatat rally terbesar selama ini. Sementara saham di AS ditutup melemah. Meskipun ada optimisme baru di pasar-pasar saham, sebagian besar para analis memperkirakan ekonomi dunia akan jatuh ke dalam sebuah resesi karena pembatasan kredit, penurunan harga rumah dan penurunan belanja konsumen. Kinerja ekonomi mendikte permintaan minyak mentah, dengan permintaan yang sudah melambat di tengah kemajuan ekonomi-ekonomi seperti AS dan Eropa. "Permintaan yang telah menderita akan terus menderita," kata analis MF Global. Harga minyak diberikan beberapa dukungan oleh melemahnya mata uang AS, yang membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah untuk para pembeli dengan mata uang kuat dan itu akan menstimulus permintaa. Mata uang tunggal Eropa menguat pada Selasa di atas 1,37 dolar karena pasar valas juga terangkat bantuan pemerintah untuk sektor perbankan yang bermasalah, kata para analis. Meski pekan ini meningkat, harga minyak mentaj masih jauh dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS yang tercapai pada Juli. Pekan lalu, kartel produsen minyak OPEC mengumumkan akan menyelenggarakan pertemuan luar biasa di Wina pada 18 November, untuk membicarakan dampak krisis finansial global terhadap harga minyak. "Beberapa anggota OPEC terus mengulangi pernyataannya bahwa mereka akan mempertimbangkan pengurangan produksi jika permintaan minyak terus melemah," tambah Norrish dari Barclays Capital. Pertemuan reguler Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berikutnya dijawalkan pada 17 Desember di Oran, Aljazair. Iran pada Minggu, memperkirakan bahwa OPEC akan mengurangi produksi minyaknya dalam sesi pertemuan November. Libya juga pekan lalu, mengungkapkan untuk menurunkan produksinya jika harga minyak mentah berjangka terus diperdagangkan pada level saat ini, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008