Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Senin sore melemah 33 poin menjadi Rp9.818/9.828 per dolar AS dari sebelumnya Rp9.785/9.810, karena pelaku tetap khawatir terhadap gejolak ekonomi global. "Para pelaku tetap khawatir terhadap krisis keuangan global, mereka lebih cenderung membeli dolar AS ketimbang memegang rupiah," kata analis valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Senin. Rully mengatakan, tekanan pasar terhadap rupiah pada sore ini agak berkurang dibanding pagi, setelah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi pasar. BI harus tetap masuk pasar untuk menahan tekanan pasar terhadap rupiah yang terus meningkat, ujarnya. Menurut dia, apabila BI tidak masuk ke pasar maka rupiah diperkirakan akan lebih terpuruk lagi, karena pelaku pasar lebih suka membeli dolar. Karena itu dengan masuknya BI ke pasar, maka tekanan terhadap rupiah agak berkurang, ucapnya. Rupiah, lanjut dia sepanjang pekan ini diperkirakan akan berkisar antara Rp9.800 sampai Rp9.850 per dolar AS. Mata uang lokal itu kesulitan untuk bisa mencapai angka Rp10.000 per dolar AS, karena BI tetap mengawasi pergerakan kedua mata uang itu, katanya. Krisis global yang terjadi baru-baru ini merupakan faktor utama yang menekan rupiah terpuruk yang sebelumnya sempat berada di posisi Rp9.000 per dolar AS. Rupiah untuk bisa kembali ke level Rp9.500 per dolar AS memerlukan waktu yang cukup lama dan kemungkinan ini juga sangat sulit, karena krisis keuangan global akan semakin terasa pada tahun depan. "Kami yakin rupiah memerlukan waktu lama untuk bisa mencapai angka Rp9.500 per dolar AS sesuai dengan asumsi makro ekonomi 2009," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008