Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Johan Silalahi berpendapat, siapa pun yang menjadi penguasa di Indonesia, maka Partai Golkar akan "merapat" atau mendekat kepada mereka, karena karakter partai itu tidak akan cocok sebagai partai oposisi. Dalam konteks itu, ujar Johan, yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Riset Indonesia (LSI) di Jakarta, Selasa, kalaupun akhirnya Golkar kalah dalam Pilpres 2009, maka akan muncul pemimpin baru partai itu yang mempunyai afiliasi dengan kekuasaan pada saat itu. Ramalan tersebut didasarkan pada realita politik yang pernah terjadi, dimana Golkar yang dipimpin Akbar Tandjung dengan mengambil posisi oposisi beralih dengan mudah menjadi partainya pemerintah, saat Jusuf Kalla yang juga Wapres menjadi Ketua Umum Golkar yang baru. "Karenanya bisa dipastikan Jusuf Kalla akan tergusur oleh figur-figur Golkar yang lebih dekat dengan pemenang Pilpres 2009 apabila ternyata capres/cawapres Golkar kalah di Pilpres 2009," katanya. Dengan demikian, fenomena itu semakin mempertegas bahwa karakter Golkar adalah partainya penguasa, siapa pun mereka yang berkuasa di negeri ini. Pada bagian lain, berdasarkan sejumlah survei yang dilakukannya, referensi masyarakat terhadap dikotomi sipil dan militer atau berasal dari Jawa dan luar Jawa ternyata tidak signifikan bagi pemillih untuk memilih capres mendatang. Namun untuk faktor agama capres/cawapres, maka masyarakat Indonesia masih memandang penting hal tersebut sebagai ukuran mereka dalam memilih. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008