Jakarta (ANTARA News) - Letjen (Purn) Ismail Saleh, mantan Menteri Kehakiman yang meninggal dunia pada Selasa (21/10) malam, meninggalkan kesan yang cukup mendalam di kalangan wartawan. Kalangan wartawan yang sering berinteraksi dengan Ismail Saleh juga mengemukakan hal yang sama bahwa mantan Menteri Kehakiman itu sebagai sosok yang humanis atau berjiwa kemanusiaan, dan tegas sehingga mendapat julukan sebagai "pendekar hukum". Akhmad Kusaeni, Wakil Pimpinan Redaksi Kantor Berita ANTARA yang banyak meliput kegiatan Ismail Saleh semasa menjadi Menteri Kehakiman (Menkeh), menilai bahwa sosok mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) di era Presiden Soeharto itu dekat dengan wartawan. "Kalau inspeksi mendadak (sidak) ke daerah, beliau selalu mengajak wartawan. Di tempat melakukan sidak tidak segan-segan Pak Ismail menindak bawahannya yang melakukan pelanggaran," katanya. Suatu ketika, menurut Kusaeni, saat Ismail Saleh melakukan sidak di Kantor Imigrasi Bandara, tidak segan-segan langsung menuju ke laci dan membukanya untuk melihat apakah ada amplop-amplop berisi uang suap atau pungli lainnya. "Beliau sangat tegas, soal yang beginian, langsung ditindak," kata Akhmad Kusaeni. Kebiasaan melakukan sidak itu, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sosok Ismail Saleh di Departemen Kehakiman, sehingga beliau kental mendapat julukan "pendekar hukum". Ismail Saleh meninggal dunia karena sakit pada Selasa (21/10) malam, dan dimakamkan pada Rabu siang di Tempat Pemakaman Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Ketegasan Ismail Saleh juga diperlihatkan saat melakukan sidak ke Banjarmasin untuk meresmikan Pengadilan Tinggi setempat. "Di tempat itu Pak Ismail Saleh, tidak langsung percaya dengan laporan yang disodorkan oleh Pimpro Pembangunan Gedung dan pejabat yang ada disana, tetapi beliau periksa langsung fisik bangunannya telah sesuai dengan bestek atau rencana kerja," katanya. Meski tegas, Ismail Saleh adalah sosok yang humanis, dan sangat mencintai keindahan, ujarnya. "Lihat saja hobi beliau memelihara tanaman yang dibonsai, memelihara bekisar. Hingga kebiasaan itulah yang kala itu menjadi inspirasi penataan taman dan lingkungan Departemen Kehakiman sehingga kelihatan asri," katanya, sambil menambahkan bahwa kalangan wartawan, dunia hukum telah merasa kehilangan setelah "pendekar hukum" itu dipanggil Allah SWT. Menurut pihak keluarga, Jenazah Letjen (Purn) Ismail Saleh diberangkatkan ke Cirebon pada pukul 11:00 WIB untuk dimakamkan di Pemakaman Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. "Bapak akan dibawa ke Pemakaman Keluarga di Gunung Jati, Cirebon," kata Tria Sasongko Putra, putera ketiga mantan Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman, Ismail Saleh, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu. Letjen (Purn) Ismail Saleh SH, mantan Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman meninggal dunia Selasa (21/10), sekira pukul 22.30 WIB, di RSCM Jakarta dalam usia 82 tahun, karena sakit. Ismail Saleh merupakan Direktur LKBN ANTARA periode 1976-1979, Jaksa Agung 1981-1984, Menteri Kehakiman RI 1984-1993. Jenazah sebelum diberangkatkan ke Cirebon disemayamkan di rumah duka, Jl. Musholla 1- Ampera Raya, Kemang Selatan, Jakarta Selatan. Menurut ensiklopedia tokoh Indonesia, semasa menjabat Jaksa Agung (1981-1984), Ismail Saleh yang akrab dipanggil Mas Is, pernah dijuluki "Trio Punakawan/Pendekar Hukum" bersama Ketua MA Mudjono dan Menteri Kehakiman Ali Said. Mantan Menteri Kehakiman ini tergolong akrab dengan wartawan. Maklum, sebelumnya dia memang menjabat selaku Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Kantor Berita ANTARA (1976-1979), maka dia sangat paham bahwa dunia ini sepi tanpa wartawan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008