Makassar (ANTARA News) - Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang transit di Makassar, Kamis malam, menyatakan kepastian untuk maju dalam bursa pemilihan calon Presiden RI ditentukan setelah tanggal 28 Oktober. "Saya bukan kandidat presiden, belum ada pengakuan dan deklarasi dari saya, gimana mau maju jadi presiden kalau saya belum mendeklarasikan diri," kata Sultan Hamengkubuwono menjawab wartawan. Namun, menurut Sultan, kepastian untuk maju dalam bursa calon Presiden RI, baru bisa ditentukan setelah 28 Oktober bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. "Saya memilih tanggal 28 Oktober karena saya melihat nilai historisnya dan saya melihat nilai spiritualnya yang sangat tinggi. Jadi bukan karena sumpah Palapanya," ujarnya. Meskipun dirinya belum menjelaskan kesediaannya untuk maju pada Pilpres RI, namun hampir semua masyarakat Yogyakarta menginginkannya memimpin bangsa ini. "Masyarakat Yogyakarta menginginkan saya untuk menjadi RI 1 bukan RI 2. Karena itu saya akan menjawabnya setelah 28 Oktober nanti," ujarnya. Menurut Sultan, kondisi bangsa Indonesia saat ini tergantung dari sudut pandang seseorang melihatnya. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, angka pengangguran semakin meningkat. "Semua berdasarkan sudut pandang seseorang karena masing-masing mempunyai pandangan berbeda-beda tentang kondisi rakyat hari ini," katanya lalu melanjutkan bahwa kedatangannya ke Sulsel untuk menghadiri acara adat di Tana Toraja. Pihaknya mengakui belum ada partai politik yang menggadangnya untuk pendeklarasian pada bursa pilpres. Karena menurut Sultan, semua calon yang akan maju dalam pilpres mempunyai peluang yang sama. Sementara itu, Frangky Sahilatua yang ikut dengan rombongan Sultan mengakui jika dirinya bersama rekan-rekan produser film dan sutradara, seperti Garin Nugroho, Riri Reza, Mira Lesmana, sudah menyatakan dukungannya kepada Sri Sultan Hamengkubuwono. Hasil polling saat ini sangat memuaskan karena Sultan meraih 17,6 persen dukungan dari seluruh Indonesia atau naik 1,6 persen tiap bulannya. Sementara SBY mengalami penurunan 1,2 persen tiap bulannya. "Hasil polling juga belum bisa dijadikan tolok ukur karena survei dan polling bisa dibeli," ujar mantan personil Kantata Takwa ini. Bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) RI memang belum gegap gempita. Namun, menurut pemantauan, sejumlah tokoh yang disebut-sebut akan meramaikan hajatan terakbar di negeri ini mulai gerilya. Sulawesi Selatan menjadi salah satu sasaran muara kedatangan mereka.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008