Oleh Ahmad Wijaya Beijing (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan pemerintah China memiliki persepsi sama dan satu suara dalam masalah penyelesaian krisis finansial global yang bermula dari krisis di Amerika Serikat. Dalam Forum Bisnis Asia-Eropa Ke-11, yang merupakan salah satu agenda di sela KTT Pertemuan Asia-Eropa (ASEM) Ke-7, Indonesia dan China menyebut kerjasama terpadu dari negara di kawasan itu ditambah dengan organisasi internasional perlu dilakukan untuk menyelesaikan krisis. Wakil Presiden China, Xi Jinping ketika berbicara dalam forum bisnis itu mengatakan bahwa China berharap agar seluruh negara bersama-sama mencari solusi sehubungan berkumpulnya sebanyak 43 kepala negara/pemerintahan di Beijing dalam KTT ASEM ke-7, 24-25 Oktober. "Dalam menghadapi krisis finansial global ini, seluruh negara di dunia sebaiknya membuat langkah penyelesaian yang konkrit," katanya di depan ratusan pengusaha Asia-Eropa yang hadir dalam forum yang berlangsung pada 22-24 Oktober itu. Menurut dia, Krisis keuangan global merupakan salah satu agenda utama dan penting dalam KTT Pertemuan ASEM ke-17 itu sehingga kesempatan bertemunya para pimpinan negara Asia-Eropa hendaknya bisa dimanfaatkan mencari solusi. Xi mengatakan, para pemimpin negara sebaiknya juga harus mengupayakan dialog serta koordinasi keuangan yang lebih kuat, mencari wilayah baru bagi kerjasama serta promosi pembaruan institusi keuangan internasioanl sehingga mampu mengatasi resiko keuangan. Wakil Presiden Xi juga mengusulkan agar sejumlah negara memperluas pembaruan model serta terobosan, saling belajar satu sama lain serta menyediakan bantuan teknis bagi negara-negara berkembang. Dalam upaya menjamin keamanan keuangan dunia, Xi mengatakan "Adalah sangat mendesak untuk memperkuat keseimbangan antara inovasi produk keuangan serta institusi pengawasan keuangan, membangun suatu mekanisme pengawasan keuangan, serta meningkatkan kerjasama keuangan secara substansial." Seruan Yudhoyono Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kesempatan menyampaikan pandangan di forum bisnis itu mengajak semua negara termasuk organisasi keuangan internasional untuk bersama-sama memikirkan mengatasi dan menyelesaikan krisis keuangan global yang saat ini melanda dunia. "Semua pihak termasuk organisasi keuangan internasional hendaknya bersama-sama berupaya menyelesaikan krisis keuangan global yang saat ini melanda dunia," kata Presiden Yudhoyono. Menurut Presiden Yudhoyono, organisasi internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), ASEM, serta ASEAN plus 3 (China, Jepang dan Korsel) dapat bersama-sama memikirkan berbagai langkah dan upaya dalam menyelesaikan krisis keuangan. Presiden mengajak pula organisasi internasional hendaknya mau melakukan diskusi dan dialog secara bersama-sama untuk mengakhiri krisis keuangan, sehingga pada akhirnya kondisi keuangan internasional bisa kembali stabil. "Adanya KTT Pertemuan ASEM ke-7 yang akan berlangsung dua hari mendatang ini juga bisa dijadikan suatu ajang bagi para pemimpin negara untuk bertemu dan membicarakan langkah nyata dalam menyelesaikan krisis keuangan," kata Presiden. Presiden menyatakan rasa optimisnya bahwa dengan mengedepankan dialog antar organisasi internasional, krisis keuangan global dapat segera diakhiri sehingga kondisi perekonomian dunia tidak akan memburuk secara berlarut-larut. Selain itu Presiden juga minta agar pihak swasta dan pemerintah lokal bersama-sama pemerintah pusat dan organisasi internasional juga bisa turut membantu menyelesaikan krisis keuangan global. "Kita semua berharap agar krisis keuangan ini bisa segera diakhiri dan adanya momentum pertemuan ASEM ini diharapkan bisa dicarikan jalan untuk mencari penyelesaian," katanya. Presiden Yudhoyono menyerukan pula negara-negara di dunia mengambil langkah global guna menghadapi krisis keuangan yang bermula dari AS tersebut seraya mengatakan bahwa masalah global harus diatasi pula dengan langkah-langkah global. Presiden menyatakan, pelajaran yang dapat ditarik dari terjadinya krisis keuangan global saat ini adalah perlunya perubahan dalam arsitektur sektor keuangan dunia. Tiga kesalahan Presiden Yudhoyono menilai bahwa krisis finansial global terjadi karena tiga kesalahan, yaitu kegagalan kebijakan pengawasan dalam tata ekonomi maju, kegagalan dalam manajemen resiko sektor keuangan, serta kegagalan mekanisme disiplin pasar. "Untuk memperbaiki kegagalan ini membutuhkan upaya internasional, karena tidak ada batas yang menghalangi terjadinya krisis keuangan," kata Presiden dalam pidatonya yang berlangsung sekitar 30 menit. Presiden kembali menekankan pentingnya penguatan kerjasama multilateral dan regional seperti melalui Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, atau melalui forum pertemuan Asia Eropa, ASEAN, atau ASEAN plus 3 yang melibatkan kekuatan ekonomi besar di Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. "Dalam forum multilateral, dengan keanggotaan universal, kita dapat mendiskusikan resiko yang mengancam stabilitas global seperti kegagalan mekanisme pengawasan dan respon kebijakan untuk mengatasinya," tambahnya. Bank Dunia, menurut Presiden, dapat memimpin sebuah konsorsium menyediakan sistem finansial yang dapat disiagakan untuk defisit anggaran para anggotanya. Sementara ASEAN plus 3 dapat memainkan peran penting untuk menangani berbagai masalah di wilayahnya. "Untuk menambah efektivitas, kita memerlukan koordinasi yang baik agar tidak ada saling tindih di antara berbagai organisasi internasional untuk menindaklanjuti berbagai perjanjian internasional," katanya. Dubes RI untuk China Sudrajat mengatakan Indonesia mengupayakan meningkatkan kerjasama finansial dan bidang ekonomi lainnya dengan China dalam mengantisipasi krisis finansial dunia. "Kami akan mengupayakan peningkatan kerjasama finansial dan ekonomi dengan pihak China dalam mengantisipasi krisis finansial dunia ini agar dampaknya bisa tidak terlalu parah dialami oleh Indonesia," kata Dubes Sudrajat. Menurutnya, Presiden Yudhoyono telah berkomunikasi untuk memberikan sejumlah arahan bagi Indonesia agar dampak krisis yang begitu parah itu tidak terlalu merugikan Indonesia. Presiden Yudhoyono, kata dubes, juga telah memerintahkan kepada dirinya untuk mencari sejumlah upaya kerjasama dengan China, mengingat China dinilai punya lebih daya tahan dibanding dengan negara-negara di Eropa karena sistem perekonomiannya yang tidak langsung terkait dengan AS. "China saya lihat lebih memiliki ketahanan menghadapi krisis finansial itu karena adanya sistem keuangan yang tidak langsung terkait dengan AS," kata Dubes Sudrajat. Bentuk kerjasama yang jelas akan dilakukan untuk menghadapi krisis keuangan itu adalah bagaimana kerjasama finansial Indonesia-China bisa ditingkatkan, disamping meningkatkan kerjasama investasi dan perdagangan kedua negara yang telah lama terbina dengan baik. Berbagai bentuk kerjasama finansial dengan China, katanya, juga telah dilakukan oleh sejumlah negara di Asia, seperti kerjasama finansial China-Jepang dan China Korsel. "Saya melihat sejumlah negara telah melakukan upaya melakukan kerjasama keuangan dengan China untuk mengantisipasi gelombang krisis ini. Harapan saya zona Asia bersama China bisa lebih tahan banting dibanding dengan negara di Eropa dan AS serta sekitarnya," kata Sudrajat. Sudrajat menilai, krisis keuangan yang melanda dunia ini efeknya sudah sangat luas dan tidak saya terjadi di AS tapi juga negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008