Beijing (ANTARA News) - Indonesia menyepakati reformasi sistem keuangan dunia sebagai salah satu butir pernyataan bersama pertemuan Asia Eropa (ASEM) ke-7 yang akan dibawa ke pertemuan pemimpin negara anggota kelompok 20 (G20). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers di Hotel Peninsula, Beijing, Sabtu malam, mengatakan Indonesia turut merasa tidak aman dengan tata kelola ekonomi saat ini yang tidak adil. Menurut Presiden, 43 kepala negara Asia Eropa yang menghadiri ASEM ke-7 di Beijing pada 24-25 Oktober 2008 mengemukakan hal yang sama. "Kita tidak merasa aman dengan arsitektur keuangan global saat ini. Kita yang tidak tahu menahu bisa terkena dampak. Kita merasa tidak boleh begini terus, tidak aman, tidak bisa diprediksi. Harus ditata kembali sehingga betul-betul adil, aman bagi semua," tuturnya. Presiden mengatakan harus dirumuskan kembali tata ekonomi yang tidak hanya berfokus pada keuangan, namun juga pada ekonomi riil seperti perdagangan sehingga dalam jangka panjang bisa mencegah tatanan ekonomi yang tidak seimbang. "Ini pekerjaan maha besar dan tentunya butuh pikiran dan kerja besar dari masyarakat global untuk menghasilkan konsensus dan langkah-langkah yang harus dilakukan," ujarnya. Kesepakatan Asia Eropa untuk mereformasi sistem keuangan dunia yang dihasilkan dari ASEM ke-7, menurut Presiden, akan dibawa ke forum pertemuan kepala negara G20 di Washington DC pada 15 November 2008. Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan menghadiri pertemuan tersebut atas undangan dari Presiden AS George Bush. "Kita berharap dan ingin sampaikan pikiran-pikiran ASEM agar pertemuan itu mencapai hasil kongkrit," ujarnya. Dalam forum ASEM ke-7 juga dicapai kesepakatan bahwa negara-negara anggotanya harus mengupayakan sistem moneter dan kebijakan ekonomi yang kuat dalam menghadapi krisis finansial serta memberi keyakinan terhadap pasar. Presiden Yudhoyono menegaskan sistem ekonomi Indonesia sudah diuji sejak dilanda krisis moneter sepuluh tahun lalu. "Kita yakin, dan harus yakin bahwa sistem ekonomi kita saat ini sudah baik," ujarnya. Presiden Yudhoyono pada Sabtu malam menggelar konferensi pers menjelaskan kunjungan lima hari di Beijing 22-26 Oktober 2008. Selain menghadiri ASEM ke-7, selama di Beijing Presiden Yudhoyono menggelar pertemuan bilateral dengan beberapa kepala negara Asia dan Eropa. Presiden menjelaskan dalam setiap pertemuan bilateral itu ia mengagendakan pembahasan yang dapat menguntungkan Indonesia serta mencari upaya meminimalisir dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian Indonesia. Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden China Hu Jintao, Presiden Yudhoyono menyinggung rencana Indonesia melakukan negosiasi ulang harga jual gas alam cair (LNG) Tangguh kepada pemerintah provinsi Fujian yang direspon positif oleh pihak China. Keduanya juga membicarakan upaya peningkatan perdagangan dan investasi. Sedangkan dalam bilateral dengan pemimpin negara Eropa, Presiden Yudhoyono membahas upaya pencabutan larangan terbang bagi maskapai penerbangan Indonesia menerbangi wilayah Uni Eropa.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008