Oleh Irwan Suhirwandi Jakarta (ANTARA News) - Krisis keuangan global yang sedang terjadi mungkin menjadi perbincangan utama di seluruh dunia saat ini, namun bisa jadi hal itu tidak akan dapat mengalihkan perhatian orang dari pertandingan olahraga. Pertandingan olahraga memang selalu menarik untuk disaksikan, diperbincangkan, didiskusikan, dan bahkan oleh sebagian orang, dijadikan ajang taruhan. Selain sepak bola, atau bulutangkis di Indonesia, cabang olahraga tinju tampaknya sudah memiliki tempat tersendiri dan sebagian orang mungkin tidak ingin melewatkan setiap perkembangan yang terjadi. Pada cabang sepak bola, orang mungkin akan sangat menantikan penampilan-penampilan bermutu dari tim-tim Eropa. meskipun peminat sepak bola nasional masih cukup membludak walau prestasi hingga saat ini masih jauh dari harapan. Bulutangkis tidak perlu diragukan, dulu ada Rudy Hartono, Liem Swie King, atau Iie Sumirat, sekarang masih ada Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, atau pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan dan sederet nama lain yang siap memberikan tontonan menarik bagi penggemar olahraga tersebut. Lalu jika bicara tinju, Indonesia boleh berbangga hingga kini masih memiliki petinju sekelas Chris John yang pada Jumat (24/10) berhasil mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA) untuk yang kesepuluhkali. Petinju kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, itu berhasil mengalahkan penantangnya, Hiroyuki Enoki, dengan kemenangan angka mutlak dalam pertarungan berat dan berdarah selama 12 ronde. Pertarungan digelar di Korakuen Hall, Tokyo, Jepang, namun masyarakat Indonesia bisa mengikuti perjuangan keras Chris John mempertahankan gelar juara dunianya itu melalui televisi yang menayangkan secara langsung pertandingan tersebut. Duel di ting tinju itu sekali lagi menyedot begitu banyak perhatian masyarakat dan barangkali untuk sesaat mereka melupakan masalah berat yang dihadapi. Antusiasme masyarakat menonton pertandingan petinju Indonesia tersebut seakan membawa kembali ke masa lalu di era tahun 80-an. Masyarakat yang mengalaminya saat itu, tidak akan lupa bagaimana penampilan petinju kidal asal Saparua, Maluku, Ellyas Pical, begitu menarik perhatian dan paling dinantikan. Ellyas atau juga sering dipanggil Elly Pical membuat harum nama Indonesia dengan menjadi juara dunia kelas super terbang atau kelas bantam junior versi Federasi Tinju Internasional (IBF). Dalam pertandingan di Istora Senayan Jakarta pada 3 Mei 1985, pukulan hook kiri Elly mendarat di rahang Ju Do Chun, yang membuat petinju asal Korea Selatan itu tersungkur ke kanvas pada ronde kedelapan dalam pertarungan yang semula direncanakan 15 ronde. Elly Pical menjadi kebanggaan baru masyarakat Indonesia saat itu karena dia menjadi petinju Indonesia pertama yang berhasil menjadi juara dunia, setelah sebelumnya masyarakat Indonesia hanya disuguhi tontonan pertandingan tinju profesional di luar negeri, dengan penampilan memikat petinju Amerika Serikat, Muhammad Ali. Beberapa bulan kemudian, masih pada tahun yang sama dan di tempat yang sama, Elly untuk pertama kalinya berhasil mempertahankan gelar juara dunianya itu dengan mengalahkan petinju Australia, Wayne Mulholland. Pada 15 Februari 1986 di Jakarta, Elly Pical harus kehilangan gelarnya setelah dinyatakan kalah angka ketika bertarung melawan petinju Republik Dominika Cesar Polanco, namun enam bulan kemudian, Elly merebutnya kembali gelarnya itu dengan memukul KO Polanco. Pada penghujung tahun 1986, Elly kembali berhasil mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan petinju Korsel Dong Chun Lee. Namun pada 28 Februari 1987, langkah Elly terhenti setelah dalam perebutan kelas bantam junior versi WBA, dikalahkan petinju Thailand, Khaosai Galaxy. Setelah gagal di WBA, Elly beberapa bulan kemudian berhasil merebut kembali gelar juara dunia kelas bantam junior IBF dari juara bertahan saat itu Tae-ill Chang asal Korea Selatan. Selama 1987-1989, Elly beberapa kali mempertahankan gelar juara dunianya dengan melalui pertarungan, baik di dalam maupun di luar negeri, namun akhirnya dia harus kehilangan gelarnya itu saat dikalahkan petinju Kolombia, Juan Polo Perez pada pertarungan di Amerika Serikat pada 14 Oktober 1989. Ellyas Pical cukup lama menjadi kebanggaan masyarakat saat itu dan setelah masa jayanya berakhir, muncul Nico Thomas, namun kejayaan petinju kelahiran Ambon itu hanya berlangsung singkat. Nico Thomas merebut gelar juara dunia kelas terbang mini versi IBF pada 17 Juni 1989 dengan mengalahkan Samuth Sithnaruepol dari Thailand. Namun tiga bulan kemudian, tepatnya 21 September 1989, Nico Thomas harus kehilangan gelarnya setelah dikalahkan petinju Filipina, Eric Chavez. Selama beberapa Indonesia tidak memiliki satu juara dunia pun dari cabang tinju dan masyarakat saat itu hanya bisa menyaksikan pertarungan tinju pro luar negeri seperti Mike Tyson atau Oscar de la Hoya. Muncul Chris John Setelah Ellyas Pical, kebanggaan baru para penggemar olahraga tinju Indonesia adalah Chris John, yang mengawali karir puncaknya saat ini dengan merebut gelar juara kelas bulu WBA Interim setelah pada 26 September 2003 mengalahkan Oscar Leon dari Kolombia di Bali. Setelah WBA memberikan gelar juara definitif, Chris John tertantang untuk membuktikan kemampuannya dengan berhasil mengalahkan petinju Jepang Osamu Sato pada 4 Juni 2004 meskipun pertarungan digelar di Jepang. Enam bulan kemudian, Chris John memperpanjang gelarnya itu dengan bermain seri melawan Jose Rojas dari Venezuela. Pertandingan yang digelar di Kutai Kartanegara itu dihentikan pada ronde keempat karena terjadi benturan kepala dan pertandingan dinyatakan berakhir seri. Pada tahun yang sama, Indonesia juga memiliki juara dunia lainnya, yakni Muhammad Rahman, yang merebut gelar juara dunia kelas terbang mini IBF setelah mengalahkan petinju Kolombia, Daniel Reyes pada 14 September 2004. Rahman beberapa kali mempertahankan gelarnya dengan pertarungan melawan Omar Soto dan Benjie Sorolla, namun pada saat yang sama nama Chris John semakin menjulang. Rahman akhirnya kehilangan gelarnya setelah dikalahkan oleh petinju Filipina, Florante Condes pada 7 Juli 2007. Perjalanan karir Chris John sempat diwarnai dengan perselisihanya dengan pelatih Sutan Rambing yang membuat mereka berpisah dan Chris John sejak saat itu beralih ke Craig Christian, seorang pelatih tinju asal Australia. Pertarungan berikutnya adalah melawan mantan juara dunia kelas yang sedang disandang Chris John, yakni Derrick Gainer pada 22 April 2005 dan ternyata Chris John mulai memperlihatkan kelasnya dengan mengalahkan petinju Amerika Serikat itu dengan kemenangan angka. Masih pada tahun yang sama, Chris John meraih kemenangan TKO atas lawannya, Tommy Browne, pada pertandingan yang digelar di Australia. Pada 4 Maret 2006 di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Chris John kembali berhasil mempertahankan gelarnya dan kali ini dia mengalahkan Juan Manuel Marquez dari Meksiko. Chris John yang kini mendapat julukan "The Dragon" kembali membuktikan bahwa dia merupakan petinju tangguh dengan mengalahkan petinju Panama Renan Acosta di Jakarta pada 9 September 2006. Pada 3 Maret 2007 Chris John kembali bertarung melawan Jose Rojas, yang dulu berakhir seri, dan kini Chris John sukses meraih kemenangan angka mutlak. Kemudian Chris John berhasil mempertahankan gelar untuk yang kedelapan kali saat pertandingan di Kobe Jepang pada 9 Agustus 2007 berhasil mengalahkan petinju tuan rumah Zaiki Takemoto. Chris John mengawali tahun 2008 juga dengan kesuksesan setelah dia mengalahkan petinju Panama Roinet Caballero di Jakarta. Namun kemudian pada pertengahan tahun 2008 itu, Chris John beberapa kali batal bertanding antara lain melawan Jackson Asiku dari Uganda di Australia dan Indonesia serta Michael Lozada di Meksiko. Pada akhirnya pada 24 Oktober 2008, Chris John kembali membuktikan ketangguhannya dengan berhasil mempertahankan gelar untuk yang kesepuluhkali dengan mengalahkan petinju Jepang Hiroyuki Enoki di Tokyo Jepang. Pada pertandingan terakhir itu, sekali lagi penggemar tinju Indonesia disuguhi tontonan menarik pertarungan antara dua petinju yang memiliki tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang sama, 14 September 1979. Para penggemar tinju di Indonesia berharap banyak Chris John bisa meraih kemenangan, termasuk juga Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, yang menelepon langsung Chris John memberikan semangat. "Saya dan juga bangsa Indonesia berdoa agar Chris John berhasil memenangi pertarungan dan membawa yang terbaik buat bangsa Indonesia," kata Menpora. Chris John ternyata tidak mengecewakan penggemarnya, dengan kematangan dan ketangguhannya dalam melalui pertarungan berat 12 ronde itu membuat dia merebut kemenangan angka mutlak. "Kemenangan ini berkat kerjasama tim yang sangat bagus dan juga dukungan dari masyarakat Indonesia, fans saya, Menpora, dan juga Dubes RI di Jepang. Semuanya telah membantu saya sehingga saya bisa melalui pertarungan yang berat ini," kata Chris John setelah dinyatakan sebagai pemenang. Chris John kini menjadi satu-satunya juara dunia tinju yang dimiliki Indonesia dan di tengah berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini, masyarakat akan tetap menantikan tontonan menarik pertandingan olahraga, yang bisa meningkatkan kebanggaan mereka sebagai bangsa. Dari cabang olahraga tinju, dulu ada Ellyas Pical, sekarang Chris John, tapi setelah dia, siapa?. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008