Brisbane (ANTARA News) - Awan kelabu kembali menyelimuti maskapai penerbangan nasional Australia, "Qantas", Rabu, pesawat jumbo Qantas Boeing 747 yang melayani rute penerbangan Los Angeles-Sydney mengalami kerusakan pada perangkat radar cuacanya saat terbang di atas Samudera Pasifik. Akibat kerusakan radar cuaca itu, pilot pesawat Qantas berpenumpang 280 orang ini terpaksa dipandu pesawat "Air New Zealand" yang terbang di jalur yang sama sekitar 35 kilometer dari Qantas untuk bisa mencapai Auckland, Selandia Baru, demikian laporan media setempat, Rabu. Pesawat dengan nomor penerbangan QF12 itu tiba dengan selamat di Sydney setelah perangkat radar cuacanya berhasil diperbaiki di Auckland. Suratkabar "The Daily Telegraph" melaporkan pesawat tersebut terlambat empat jam dari jadwal kedatangannya yang normal. Pada hari yang sama, menurut ABC, Qantas Boeing 767 yang melayani rute Sydney juga terpaksa mendarat darurat di Melbourne setelah pilot menemukan kerusakan pada indikator roda pendarat pesawat. Insiden penerbangan yang dialami Qantas hari Rabu menambah catatan buruk maskapai penerbangan ini dalam empat bulan terakhir. Pada 7 Oktober lalu, Qantas A330-300 yang melayani rute penerbangan Singapura-Perth mengalami turbulensi hebat akibat terganggunya sistim komputer pesawat tersebut. Akibat kesalahan dalam sistim referensi inersial data udara tersebut, pilot otomatis terputus saat pesawat terbang pada ketinggian 37 ribu kaki. Dalam turbulensi 7 Oktober itu, pesawat sempat turun secara tajam sebelum kembali normal. Sedikitnya 46 orang yang ada di dalam pesawat naas tersebut terluka dan pilot Qantas bernomor penerbangan QF72 itu mendarat darurat di kota Exmouth, Australia Barat. Dari Juli hingga Oktober 2008, Qantas setidaknya telah mengalami enam kali insiden penerbangan serius. Akibat serangkaian insiden tersebut, tingkat kepercayaan publik negara itu pada standard keselamatan Qantas merosot. Anjloknya tingkat kepercayaan publik Australia itu setidaknya tercermin dari hasil survei UMR, salah satu lembaga riset penting yang berbasis di Australia dan Selandia Baru. Laporan hasil survei UMR menyebutkan sebanyak 63 persen dari seribu responden yang mengikuti survei UMR pada 1-7 Agustus dan 19-24 September 2008 memandang standar keselamatan penerbangan Qantas memburuk dalam beberapa tahun terakhir ini. Saat ini, dengan jumlah armada yang relatif besar, Qantas melayani 81 tujuan penerbangan di lima benua, termasuk penerbangan langsung Sydney-Jakarta. Bahkan Qantas berencana memperluas rute penerbangannya ke Amerika Selatan mulai 24 November 2008. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008