Jakarta (ANTARA News) - Salah satu jurubicara Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR, Nursanita Nasution, di Jakarta, Senin, menyorot kritis gaya hidup kalangan berduit Indonesia yang gemar produk asing. "Terkait dengan strategi kampanye "Cinta Produk Indonesia" menghadapi krisis keuangan global, memang perlu terus digalakkan, namun hal yang perlu diingat bahwa kalangan berduit kita memang mementingkan merk luar negeri," ungkapnya kepada ANTARA. Memang ia mengakui, kuantitas kalangan berduit ini kecil dibanding seluruh masyarakat konsumen. "Tetapi produk kita tetap harus diselamatkan. Dan bagi kami, yang tidak kalah penting untuk diselamatkan juga adalah pasar yang lebih besar, yakni menengah bawah yang saat ini justru secara serius dibidik oleh pengusaha Cina dengan produk-produk murah," ungkapnya. Berbicara tentang serbuan produk impor murah, termasuk banyak di antaranya yang masuk secara ilegal di sejumlah `pelabuhan tikus` di Indonesia, doktor ekonomi ini mempertanyakan peran Departemen Perdagangan (Depdag). "Saatnya Depdag dan instansi teknis lainnya untuk menggalang kerjasama memberantas penyelundupan, agar serbuan barang impor itu tidak semakin menyengsarakan pasar domestik," tandasnya. Jangan biarkan tumbang Ia juga meminta Depdag dan Departemen Perindustrian (Depperin) meningkatkan koordinasi serta mengarahkan agar industri lokal juga memperhatikan peluang ini (kampanye "Cinta Produk Indonesia"). "Apalagi memang tidak mudah mencari negara (lain) untuk mengalihkan ekspor kita. Maka, pasar dalam negeri tidak seharusnya dibiarkan dijarah oleh pengusaha asing secara ilegal," tegasnya. Jika hal ini dibiarkan, lanjutnya, tentu tinggal menunggu waktu kita menyaksikan satu demi satu industri lokal saling bertumbangan. "Untuk itu jajaran Depdag dan Depperin harus segera mengambil langkah-langkah penyelamatan, bekerja lebih berkeringat dan tidak hanya menunggu di belakang meja untuk mendapatkan laporan yang sekedar menyenangkan tetapi belum tentu menjadi solusi," tandas Nursanita Nasution lagi. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008