Bantah kalau sistem peringatan banjir wilayah Bidaracina tidak jalan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Rukun Warga 011 Kelurahan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, Misbah Muchtar mengungkap peristiwa yang terjadi saat bencana banjir menimpa wilayah tempat tinggalnya di Kelurahan Bidaracina Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu.

Daerah Bidaracina yang bersebelahan dengan Kali Ciliwung adalah daerah yang rentan terkena banjir sejak dulu, namun cuma saat itu saja ada hal yang aneh dan tak diduga soal penambahan debit air akibat curah hujan yang tinggi.

"Curah hujan ini luar biasa. Seperti tidak pernah terjadi (sebelumnya), waktu kemarin hujan itu," ujar Misbah kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Ia mengaku selama 65 tahun tinggal di Bidaracina, sudah terbiasa mengamati banjir. Namun, biasanya mereka selalu berpatokan pada tinggi air Kali Ciliwung, Bendung Katulampa, Pintu Air Depok, Pintu Air Manggarai, dan kondisi laut dalam keadaan apa.

Penambahan debit air saat itu jika menurut perhitungannya cukup normal dan akan surut sekitar pukul 03.00 WIB Subuh, namun entah mengapa pukul 01.00 WIB saja debit air sudah sangat tinggi.

"Kami dari malam sampai malam lagi ada di pos, jadi tahu persis keadaan hujan kayak apa," ujar Misbah.

Ia menduga penambahan debit air terjadi karena air melaju dari daratan atas (Bogor dan sekitarnya) sangat cepat, ditambah lagi hujan yang lebat. Hal itulah yang menyebabkan ketinggian air melonjak sangat tinggi dan di luar prediksi.

Oleh karena itu, ia tak ingin menyalahkan siapa-siapa dan lebih mau introspeksi diri. Menurut Misbah, bencana banjir itu pasti karena perilaku manusia juga.

"Itu yang perlu dipikirkan. Banyak kasur lewat, sampah lewat, pasti kan dari sana. Mungkin masyarakat dari Bogor, atau dari Depok, dari mana. Mungkin juga dia juga beberapa dari pejabat di Jakarta. Jadi seharusnya peduli, di sini begitu. Kepedulian yang perlu," ujar Misbah.

Misbah yang memiliki rumah dekat dengan pinggir Kali Ciliwung mengaku saat ketinggian air naik, ia langsung menghubungi Ketua RT di masing-masing tempat untuk segera mengevakuasi warganya.

"Kami punya ponsel, ada WA grup RT, terus ada perahu karet kalau tidak salah ada tiga. Karang Taruna kami panggil pasti datang karena mereka standby," ujar Misbah.

Baca juga: Aktivitas SDN Bidaracina 3 kembali normal usai pengungsi dipindah

Baca juga: SDN Bidaracina 3 minta PLN segera pulihkan listrik yang diputus

Baca juga: Politisi Hanura kritik pernyataan Anies Baswedan


Sementara itu, Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) RW 011, Lintang membantah jika ada yang menyebut sistem peringatan tidak berjalan karena selama ini pihak terkait selalu menghubungi apabila situasi siaga. "Di sini mengantisipasi banjir itu memang dari awal, karena dari dulu fasilitas pengetahuan tentang banjir sudah ada," ujar Lintang.

Menurut dia, jika sistem peringatan tidak berjalan, maka tentu akan jatuh korban jiwa saat itu mengingat situasi tengah malam dan waktunya orang beristirahat. Karena kesiapan tokoh-tokoh masyarakat, maka warga pun bisa segera dievakuasi ke tiga tempat yang aman.

"Semua Kepala Keluarga di RW 011 ini ada 374 KK, semuanya yang selamat dibagi ke tiga tempat penampungan," ujar Lintang.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020