London (ANTARA/AFP/DPA) - Lebih dari duapertiga warga Inggris ingin tentara mereka ditarik dari Afghanistan dalam setahun, demikian jajak pendapat ICM yang diterbitkan BBC, Kamis. Dari 1.013 petanggap, 68 persen menyatakan tentara itu sebaiknya pulang dalam 12 bulan. Jumlah wanita penganjur penarikan 75 persen, sementara 59 persen dari prianya ingin tentara kembali. Inggris saat ini memunyai 8.000 tentara di Afganistan selatan dan diduga ditekan untuk menambahnya saat pemerintah baru Amerika Serikat menjabat pada Januari. Perdana Menteri Gordon Brown, kendati tidak bertekad menambah tentara, mengatakan bahwa keterlibatan Inggris di Afganistan penting untuk menghentikan "terorisme masuk Inggris". Selasa, Menteri Pertahanan Inggris John Hutton menyatakan tentara Inggris di Afganistan sangat penting bagi keamanan Inggris dan kemelut itu "harus berlalu". Kendati terjadi sedikit tentangan umum di Inggris atas penempatan tentara di Afganistan, ketidaksenangan yang meluas atas keterlibatan tentara di luar negeri menjadi jelas dalam hal Irak. Sejumlah 122 tentara Inggris tewas di Afganistan, saat kematian akibat ledakan atas dua tentara pesekutuan pertahanan Atlantik utara NATO dilaporkan pada Kamis, namun jatidiri mereka belum diketahui. Kematian itu terjadi sejak invasi pimpinan AS pada 2001 untuk menumbangkan Taliban yang dituding melindungi pemimpin Alqaida Osama bin Ladin yang dituduh mendalangi serangan teror ke AS hingga menewaskan 3.000 orang. Menteri Luar Negeri Afgan Rangin Dadfar Spanta, yang mengunjungi London, Rabu, menyeru sekutu asing menyebarkan lebih banyak pasukan tempur ke selatan, tempat pertempuran paling sengit terjadi. Mitra Inggris-nya, David Miliband, mendukung seruannya, dengan menyatakan Inggris ingin meningkatkan "pembagian beban" dari sekutu NATO-nya. PM Gordon Brown Selasa lalu menyatakan Inggris mempertimbangkan mengirim lebih banyak tentara ke Afganistan jika presiden terpilih AS Barack Obama bertekad menambah tentaranya dalam gerakan "sentakan" gaya Irak untuk melawan pejuang. Dalam beberapa bulan terakhir, kekerasan di Afganistan melonjak ke tingkat tertinggi sejak Taliban digulingkan. Sejak pindah ke Helmand pada 2006, tentara Inggris terlibat dalam hampir tiap hari kekerasan dengan pejuang Taliban. Sebagian besar dari tentara Inggris di Afganistan berpangkalan di Helmand, propinsi tandus dan luas dengan pengaruh kuat sungai Helmand, yang lembah padatnya menjadi tempat perlindungan Taliban. Lebih dari 4.000 orang --kebanyakan pejuang, tapi termasuk lebih dari 1.000 tentara asing-- tewas akibat kekerasan di Afganistan pada tahun ini, kata angka dari sumber tentara Afganistan dan asing. Sebagian besar perlawanan itu berpusat di Afganistan selatan dan timur, tapi kekerasan tersebar di utara dan barat, yang biasa tenang. Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan Taliban di Afganistan membuat sejumlah negara berencana mengurangi atau menarik pasukannya, yang tergabung dalam pasukan bantuan keamanan asing ISAF pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO. Panglima Inggris di Afganistan pada awal Oktober menyatakan tak dapat menang perang melawan Taliban, kata "Sunday Times". Koran itu mengutip keterangan Brigjen Mark Carleton-Smith, yang menyatakan dalam wawancara bahwa jika Taliban ingin berbicara, maka itu mungkin "secara tepat merupakan kemajuan", yang perlu untuk mengahiri perlawanan. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008