Baghdad (ANTARA News) - Sejumlah buldoser tentara Irak memasuki sebuah kamp penghuni liar di Baghdad, Kamis, kata beberapa saksi mata, dengan mengabaikan protes ribuan orang yang tinggal di kawasan bekas gudang senjata itu selama lima tahun terakhir. Puluhan prajurit yang dibantu polisi Irak mulai membongkar kamp itu, yang terletak di daerah berpenduduk mayoritas Syiah Hurriyah, dimana 675 keluarga atau sekitar 4.000 orang tinggal sejak mereka melarikan diri dari gerilyawan Sunni pada akhir 2003. Militer tidak mengizinkan wartawan memasuki daerah itu dengan alasan itu merupakan "kompleks bangunan milik pemerintah", namun dari pintu gerbang menuju kamp itu seorang koresponden AFP melihat pasukan menghancurkan sejumlah rumah. Ratusan keluarga melarikan diri ke kamp itu pada akhir 2003 dan 2004 pada awal kekerasan sektarian yang melanda Irak dalam beberapa tahun ini dan sejak itu mereka tinggal di dalam bangunan-bangunan seadanya. "Saya mengemasi segalanya, dan saya akan pergi dan tinggal di sebuah sudut jalan di Kadhimiyah," kata Abu Mustafa, salah seorang penghuni liar, menunjuk pada distrik berdekatan. Puluhan ribu orang saat ini tinggal di sejumlah bekas lokasi militer di ibukota Irak tersebut. Menurut Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), lima persen dari 1,3 juta pengungsi Irak tinggal di bangunan-bangunan pemerintah, dan 0,4 persen tinggal di instalasi-instalasi militer. Beberapa bulan lalu Perdana Menteri Nuri al-Maliki memutuskan mengambil alih lagi bangunan-bangunan pemerintah, dengan terlebih dulu memerintahkan partai-partai politik mengosongkan bangunan itu, dan langkah serupa juga dilakukan pada penduduk liar, termasuk mereka yang tinggal di Hurriyah. Kementerian Perumahan Irak memperkirakan, negara membutuhkan sekitar dua juta rumah baru untuk mengganti bangunan yang hancur dalam perang selama beberapa tahun ini dan mengimbangi tingkat pertumbuhan penduduk di Irak.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008