Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi, turun tipis menjadi Rp11.850/12.000 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.836/12.000 atau melemah 14 poin. Direktur Utama PT Financ Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah kemungkinan akan bisa menembus angka Rp12.000 per dolar AS. Dikatakannya, rupiah sulit untuk menguat, karena tidak ada faktor positif yang mendukung, apalagi semua mata uang utama Asia lainnya juga terpuruk terhadap dolar AS. Menurut Edwin, kondisi pasar memang sulit untuk memicu rupiah menguat, apalagi Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar tidak akan melakukan intervensi setiap waktu. BI hanya akan masuk pasar apabila kondisi memang memungkinkan untuk menahan rupiah tidak terpuruk lebih jauh. "Saya kira penurunan rupiah merupakan hal yang wajar karena ini merupakan gejala global yang sulit diatasi," ucapnya. Apalagi, lanjut dia semua investor asing aktif membawa kembali dana yang ada di pasar negara berkembang ke negaranya masing-masing kecuali Cina untuk diinvestasikan di negara seperti Amerika Serikat meski kondisi kurang mendukung, namun nilai tukarnya terus menguat. Hal ini merupakan faktor yang sangat menekan nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan pasar yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu lama, katanya. Aktifnya pelaku asing menarik dananya di negara berkembang memang tidak menguntungkan, namun ini merupakan konsekuensi bagi negara Asia untuk bisa mandiri lebih dini dan saling bahu membahu untuk mengatasi masalah tersebut. Kondisi ini merupakan titik balik bagi negara-negara Asia untuk tidak mengharapkan bantuan dana asing dalam membangun negara dan menghimpunnya dengan memperkuat pasar domestik, tuturnya. Karena itu, menurut dia rupiah pada sore nanti diperkirakan akan makin mendekati level Rp12.000 per dolar AS yang sulit dibendung, karena pasar menciptakan kondisi seperti itu. "Kami yakin rupiah masih akan terkoreksi hingga menembus angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008