Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Polandia dan pemimpin legendaris Serikat Buruh Solidaritas, Lech Walesa pada awal tahun 1980-an, tertarik untuk berkunjung Indonesia.

"Saya ingin berdialog dengan para tokoh-tokoh di Indonesia dan memperoleh perspektif mereka dalam menyikapi berbagai tantangan globalisasi," kata Walesa ketika menerima kunjungan Dubes RI untuk Polandia, Hazairin Pohan.

Menurut siaran pers Kedubes RI di Warsawa yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, Lech Walesa yang menjadi ikon demokrasi dan berjasa dalam mengubah wajah dunia di awal 1990-an belum pernah berkunjung ke Indonesia.

"Saya akan mengupayakan agar kunjungan beliau ke Indonesia dapat diwujudkan pada awal 2009, karena saya yakin kunjungan tersebut sangat bermanfaat bagi kita maupun bagi beliau sebagai tokoh dunia", kata Dubes Hazairin Pohan.

Penerima Nobel Perdamaian 1983 yang baru saja memperingati hari kelahirannya ke-65 tahun itu menerima Dubes Hazairin Pohan di kantornya di Gdansk, kota bersejarah bagi rakyat Polandia.

Sejak menyelesaikan tugasnya sebagai presiden pada tahun 1995, melalui yayasannya Lech Walesa lebih banyak memfokuskan dirinya pada kegiatan-kegiatan internasional dan menjadi pembicara di berbagai konferensi internasional dalam memajukan demokrasi dan dialog antar-agama.

Dia menjadi anggota "Reflection Group", yang kini disebut sebagai Group of Wise Men, yang digagas oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada akhir 2007 untuk mempersiapkan Eropa dalam menghadapi tantangan globalisasi. Berbagai pemikir dan negarawan seperti mantan PM Spanyol Felipe Gonzalez menjadi anggota kelompok ini.

Lech Walesa pada Oktober 2008 yang lalu baru saja meluncurkan otobiografi mengenai peranannya di masa lalu "Jalan Menuju Kebenaran" (The Road to Truth).

"Dalam Group of Wise Men, cuma saya seorang diri yang percaya bahwa agama memiliki sistem nilai yang valid dan tepat untuk pemecahan berbagai masalah global. Kegagalan manusia untuk menempatkan berbagai masalah global dalam perspektif agama di tengah maraknya globalisasi pada gilirannya akan menjadi ancaman keamanan dan perdamaian dunia", ujarnya.

Menurut Lech Walesa, demokratisasi yang kian marak belumlah memberikan jawaban bagi tantangan globalisasi. Tatanan dunia sekarang masih jauh dari sempurna, karena kini manusia menghadapi fenomena yang sangat kompleks, tali-temali satu dengan lainnya, seperti resesi ekonomi dunia, terorisme, perubahan iklim dan konflik di berbagai wilayah.

Masalah-masalah ini menurut tokoh yang berjasa dalam mengakhiri Perang Dingin dan memajukan demokratisasi itu merupakan ancaman utama yang dihadapi umat manusia dewasa ini. Dia juga melihat pentingnya reformasi PBB agar mencerminkan realitas dan tanggungjawab internasionalnya.


<b>Meyakini nilai agama</b>

Walesa percaya nilai-nilai agama menjadi terpenting di samping demokrasi, dan dunia tidak dapat berlangsung tanpa nilai-nilai agama. Walesa sendiri merupakan penganut Katolik yang taat, memiliki 8 anak, salah satunya Jaroslaw Walesa yang kini menjadi anggota komisi luar negeri Sejm (DPR).

Dia melihat Indonesia sebagai negara dengan penganut Muslim terbesar di dunia merupakan contoh negara yang berhasil memadukan ketaatan terhadap agama dengan kerangka kehidupan politik yang demokratis.

"Saya ingin berdialog dengan para tokoh-tokoh di Indonesia dan memperoleh perspektif mereka dalam menyikapi berbagai tantangan globalisasi. Pengalaman Indonesia dalam menghadirkan harmoni pada dua aliran nilai, yakni agama (akhirat) dan demokrasi (politik) tentunya sangat bermanfaat bagi saya dalam memajukan dialog untuk pemecahan masalah-masalah global dalam kerangka pertemuan Wisemen 12 ", katanya.

Dubes RI dalam pertemuan itu menyampaikan salam dari rakyat Indonesia yang tidak pernah lupa peranan heroik Lech Walesa dalam menggerakkan rakyat Polandia menentang rejim totaliter komunis.

Indonesia sendiri telah menjalani proses transformasinya dan menjadi negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia dengan penduduk sejumlah 250 juta yang pada saat bersamaan menjadi negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Indonesia, yang sangat menghormati keberagaman, kata Pohan, menjadi referensi dan contoh di mana demokrasi dan Islam dapat berjalan bergandengan tangan. Indonesia akhir-akhir ini berperan aktif dalam mendorong kemajuan dialog antar-peradaban, antar-keyakinan (interfaith) baik dalam kerangka PBB maupun berbagai konferensi internasional lainnya.  (*)

Copyright © ANTARA 2008