Jakarta (ANTARA News) - Dalam dua tahun ke depan ekspor kertas nasional beserta produk turunannya diperkirakan mengalami kerugian hingga 5,3 miliar dolar AS akibat dampak krisis keuangan global dan keterbatasan pasokan bahan baku.

Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia, Elfian Effendi, di Jakarta, Rabu menyebutkan selama 2009-2010 proyeksi nilai ekspor kertas dan produk turunannya mencapai 7,10 miliar dolar AS, dengan ekspor 2009 mencapai 3,36 miliar dolar AS dan 2010 senilai 3,74 miliar dolar AS.

Perkiraan potensi kerugian ekspor komoditas tersebut pada 2009 mencapai 2,52 miliar dolar AS, sedangkan pada 2010 meningkat hingga 2,81 miliar dolar AS

"Potensi kerugian bisa ditekan dengan membuka pasar ekspor alaternatif dan memperbesar segmen pasar domestik," katanya.

Selain itu, tambahnya lewat siaran pers, mengerem impor komoditas kertas dan produk turunannya yang masih bisa dipasok dari domestik serta menjamin pasokan bahan baku secara berkelanjutan.

Greenomics juga memperkirakan jika pemerintah memberlakukan pembatasan impor terhadap komoditas kertas dan produk turunannya, baik berupa produk konsumsi maupun bahan baku penolong, maka impor yang bisa ditekan maksimal 1,41 miliar dolar AS selama 2009-2010.

Menurut Elfian, pembatasan impor bisa dilakukan pemerintah sepanjang tidak dianggap sebagai kebijakan proteksi, karena dikuatirkan produk ekspor Indonesia lainnya juga akan dibatasi masuk oleh negara tujuan ekspor seperti Jepang dan Amerika.

Selain itu, jika tidak ada substitusi bahan baku penolong dari domestik berarti pembatasan impor terhadap bahan baku penolong justru akan memperberat likuiditas industri kertas nasional dan produk turunannya. (*)
 

Copyright © ANTARA 2008