Jakarta (ANTARA News) - Industri kartu kredit AS akan menarik kembali dua triliun dolar AS eksposur kredit dari nasabah dalam 18 bulan ke depan menyusul perubahan-perubahan dalam cara antisipasi risiko dan munculnya peraturan-peraturan baru, menyusul turun tajamnya belanja konsumen, kata analis perbankan terkenal Meredith Whitney. Kartu kredit adalah sumber likuiditas konsumsi kedua terpenting di AS setelah gaji, tambah analis Oppenheimer & Co tersebut. "Dalam kata lain, kami perkirakan likuiditas konsumen yang tersedia dalam bentuk portofolio pinjaman kartu kredit jatuh hingga 45 persen," katanya seperti dikutip Reuters, Selasa. Bank of America Corp, Citigroup Inc dan JPMorgan Chase & Co mengambil lebih dari setengah pangsa kartu kredit AS hingga 30 September 2008, dan masing-masing bank tengah mempertimbangkan untuk memangkas atau mengerem pertumbuhan ekposur kartu kreditnya, kata Whitney. Penutupan jutaan "account" pengguna kartu kredit, memangkas alokasi kredit dan menaikkan suku bunga adalah beberapa langkah yang ditempuh para penerbit kartu kredit untuk menghadapi gelombang gagal bayar pada kredit konsumsi. Whitney menyambung, penarikan eksposur pinjaman dari pasar kredit AS juga menjadi ancaman terhadap performa likuiditas konsumsi. Kredit perumahan (KPR) dan kartu kredit kini didominasi oleh lima pemain utama yang sekarang sedang menarik kembali likuiditasnya dari debitur yang membuat pengurangan likuiditas konsumsi menjadi tidak terhindarkan. Kini kita mulai nyata-nyata melihat total likuiditas konsumsi berkurang, tambahnya. "Kita telah menyaksikan seluruh pasar KPR menabrak dinding dan kami percaya, setidaknya di kali pertama, akan benar-benar menyusut dalam beberapa bulan ke depan," tulis Whitney. Pasar kartu kredit akan berada di bawah ekposur pasar KPR dalam 18 bulan ke depan dan mulai menyusut tajam pada pertengahan 2010. Whitney memperkirakan harga rumah akan terus jatuh sampai 20 persen karena keringnya likuiditas dan kini harga itu telah jatuh 23 persen dari puncak harga yang dicapai beberapa waktu lalu. Di samping tergantung pada inisiatif swasta, solusi untuk mengatasi kemungkinan menyusutnya likuiditas pada industri kartu kredit adalah dengan melibatkan pemerintah dan mendelusi kredit pada debitur. Dalam kolomnya di Financial Times, Whitney menawarkan empat langkah yang bisa dilakukan untuk mengakali kecenderungan mengerutnya likuiditas pasar kartu kredit. Keempat langkah itu adalah meregionalisasi alokasi kredit pada debitur yang benar-benar aman, memperkuat eksposur kredit dengan menjaminkan pada Federal Deposit Insurance Corp (Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia), menerapkan prinsip akuntansi terbaru, dan seleksi debitur lebih ketat lagi. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008