New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia merosot pada Selasa waktu setempat, di tengah kekhawatiran mendalam tentang pelambatan global, ditutup 100 dolar AS di bawah rekor puncaknya yang terjadi empat bulan lalu (Juli). Kontrak berjangka minyak mentah di New York jenis light sweet untuk pengiriman Januari jatuh 2,32 dolar AS menjadi ditutup pada 46,96 dolar AS, untuk pertamanya acuan kontrak berada di bawah 47 dolar AS sejak Mei 2005. Dalam perdagangan  harian kontrak sempat mecapai posisi terendah 46,82 dolar AS. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Januari berakhir pada 45,44 dolar AS per barel, turun 2,53 dolar dari penutupan Senin. Dalam perdagangan harian sempat mencapai posisi terendah 45,30 dolar AS. Harga minyak telah melorot tajam di tengah krisis finansial global dari rekor tertinggi 147,27 dolar AS pada 11 Juli di kontrak New York dan 147,50 dolar AS di London. "Disana masiha ada kecemasan bahwa ekonomi global sedang dalam kesulitan mendalam dan harga minyak denga  mudah mengikutinya," kata Adam Sieminski, analis Deutsche Bank. Harga minyak turun lebih dari lima dolar AS pada Senin, setelah pada pertemuan akhir pekan lalu di Kairo, OPEC memutuskan mempertahankan produksinya tak berubah, menunggu hingga pertemuan berikutnya pada 17 Desember. Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri mengatakan Senin, OPEC akan memutuskan suatu pemotongan produksi "utama" bulan depan jika pasar minyak terus memnburuk. "Kekhawatiran itu jika OPEC tidak mengambil langkah lanjutan dengan segera dan ekonomi terus memburuk, tidak ada yang menghentikan penurunan harga yang terjadi setiap hari," kata  Sieminski. Analis Dresdner Kleinwort, Peter Fertig mengatakan bahwa "OPEC mencoba membicarakan harga melalui pengumuman sebuah pemotongan produksi untuk pertemuan reguler pada 17 Desember di Aljazair dan melalui pernyataan bahwa 75 dolar AS per barel akan menjadi harga yang wajar, namun telah gagal secara menyedihkan." Presiden OPEC Chakib Khelil, Selasa mengatakan, level cadangan minyak global harus dikurangi empat hari untuk menstabilkan harga minyak mentah. Khelil, yang juga menteri energi Aljazair, mengatakan kedepan permintaan minyak akan melemah dari 56 hari menjadi 52 hari, rata-rata setelah lima tahun terakhir. Penurunan akan makin progresif dilakukan, tambah dia. "Itu tak mungkin dilakukan dalam tiga bulan. Mungkin dalam enam bulan," kata dia seperti dikutif kantor berita APS. Khelil mengatakan OPEC, yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, akan menghitung jatuhnya permintaan global untuk minyak dan pertumbuhan proyeksi untuk konsumen utama, Amerika Serikat dan China. "Jika mereka diperkirakan memiliki suatu peluang menghentikan penurunan harga saat ini dan mencapai sasaran mereka menjaga dimanapun harga pada level mendekati 75 dolar AS,  adalah sebuah demonstrasi dari sebuah kesatuan keperluan," kata John Kilduff dari MF Global. "Mereka harus mengambil lebih banyak minyak di pasar dunia. Stok saat ini jelas berada pada level sangat tinggi," tambah dia. OPEC telah memangkas produksinya dua kali pada September dan Oktober tahun ini dengan total dua juta barel per hari dalam merespon jatuhnya harga minyak, namun kekhawatiran penurunan global terus menekan harga minyak turun, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008