New Delhi (ANTARA News) - Presiden Dmitry Medvedev menyatakan hubungan pertahanan yang kuat antara Rusia dan India hendaknya tak lagi hanya didasarkan pada membeli dan menjual senjata dan kerjasama yang lebih dalam diperlukan. Hampir tiga perempat persenjataan India berasal dari Rusia, namun pangsa pasarnya telah terbatas dalam beberapa tahun belakangan ini, dengan semakin meningkatnya persaingan di antara produsen persenjataan. Untuk mengatasi semakin merosotnya pangsa pasar Rusia, Moskow kini menempuh jalan dengan usaha patungan dengan New Delhi. Dalam wawancara dengan saluran televisi publik India, Doordarshan, Medvedev menyerukan digarapnya proyek baru, seperti Brahmos, rudal jelajah anti-kapal yang dikembangkan secara bersama oleh India dan Rusia. Publikasi komentar Medvedev ini muncul menjelang kedatangannya ke India, tempat hubungan pertahanan akan menjadi fokus utama pembicaraan kedua negara. "Kami ingin hubungan menjadi lebih dalaml agi. Ada beberapa contoh dari berbagai proyek, seperti Brahmos, tetapi itu tak cukup," katanya dalam wawancara itu, yang salinan lengkapnya dirilis Kremlin, Kamis. "Sekalipun kita memiliki hubungan yang sangat dalam dan membuahkan hasil dan kerjasama serius, hubungan di bidang pertahanan, keamanan dan perdagangan senjata didasarkan pada prinsip membeli dan menjual." Produksi jet tempur dan tank Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan kedua pihak secara bersama-sama mengembangkan jet tempur generasi baru, memproduksi tank di India atau bahkan menyewakan kapal selam bertenaga nuklir kepada India, Medved mengatakan : "Saya kira kita dapat membuat kemajuan pada masalah-masalah ini. Penciptaan jet generasi baru akan menarik dan suatu yang baik." Rusia merasa khawatir pangsa pasar tradisionalnya dalam anggaran pertahanan India dicaplok Israel dan AS. Juga muncul perselisihan mengenai ongkos dan penyerahan yang terlambat. Penjualan kapal Laksamana Gorshkov, kapal induk era Sovyet berbobot 44.570 ton dari Rusia kepada India diwarnai perselisihan mengenai harga. Medvedev mengakui kapal itu bukanlah "masalah yang sederhana dalam hubungan kita, namun menegaskan tak ada alasan untuk membatalkan penjualan kapal induk itu. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008