Indeks S&P/ASX 200 tergelincir 0,63 persen atau 44,70 poin menjadi 7.088,00 poin
Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis, karena investor menjadi lebih cemas tentang penyebaran virus korona mirip flu di China, mitra dagang terbesar negara itu, ketika jutaan orang bersiap melakukan perjalanan untuk liburan Tahun Baru Imlek.

Indeks S&P/ASX 200 tergelincir 0,63 persen atau 44,70 poin menjadi berakhir di 7.088,00 poin, menandai sesi terburuk sepanjang tahun ini.

Baca juga: Kehati-hatian terhadap virus korona berlanjut, saham Aussie melemah

Indeks acuan naik sekitar satu persen di sesi sebelumnya dan telah mencatat rekor tertinggi dalam beberapa sesi pada 2019.

Virus korona, penyakit pernapasan, telah menewaskan 17 orang, memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di China dan menekan sektor perjalanan di Asia Pasifik.

Wabah ini telah membangkitkan kenangan penyakit SARS atau severe acute respiratory  syndrome pada 2002-2003, virus korona lain yang menyebar di China dan menewaskan hampir 800 orang dalam pandemi global.

Di Bursa Efek Australia, sebut Reuters, semua indeks berbasis sektor utama menurun dengan saham-saham energi merosot 1,7 persen.

Harga minyak turun ke level terendah dalam tujuh minggu, merosot lebih dari satu persen karena kekhawatiran permintaan, menyusul merebaknya wabah virus korona China, konsumen energi terbesar di dunia.

Perusahaan minyak dan gas Beach Energy dan  Worley Ltd masing-masing turun 6,0 persen dan 2,4 persen.

Subindeks keuangan serta logam dan pertambangan masing-masing kehilangan 0,3 persen dan 0,9 persen.

Saham Westpac Banking Corp, pemberi pinjaman nomor dua di negara itu, ditutup lebih rendah setelah perusahaan tersebut menunjuk veteran industri John McFarlane sebagai ketua, mempercayakan kepadanya untuk membantu mengarahkannya melewati masa-masa sulitnya setelah skandal pencucian uang.

Pemberi pinjaman terbesar Commonwealth Bank of Australia meningkat sedikit meskipun gugatan class action diajukan terhadap unit pensiun pemberi pinjaman itu karena diduga tidak bertindak dalam kepentingan pelanggan untuk kebijakan asuransi.

CIMIC Group yang berbasis di Sydney mencatat persentase kerugian tertinggi, jatuh sekitar 20 persen, setelah penyedia layanan teknik itu mengatakan akan keluar dari Timur Tengah dengan menjual kepemilikannya di BIC Contracting, mendorong sahamnya ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun.

Sentimen terpukul lebih lanjut setelah Downer EDI merevisi prospek laba tahunan menjadi 300 juta dolar Australia dari 365 juta dolar Australia karena proyek-proyek berkinerja buruk, mengirim saham kontraktor itu anjlok 18 persen.

Baca juga: IHSG Kamis sore lanjut menguat, pasca-Bank Indonesia tahan suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020