Semarang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki peluang terbesar untuk terpilih dalam Pemilihan Presiden 2009, namun bila Megawati Soekarnoputri nantinya berpasangan dengan Hidayat Nur Wahid, duet ini bakal menjadi pesaing serius SBY.

"PDIP memiliki konstituen yang solid, dan bila massa ini bergabung dengan pendukung PKS untuk mengusung Megawati dan Hidayat sebagai capres dan cawapres, duet ini menjadi kekuatan hebat, yang mewakili kelompok nasionalis dan religius," kata dosen FISIP Undip Semarang, Mochamad Yulianto, Senin.

Menurut dia, massa PDIP yang solid akan memberi dukungan kepada Megawati yang berlaga pada pilpres. Posisinya sebagai ketua umum PDIP memudahkan dirinya untuk menggerakkan mesin partai hingga ke pelosok desa.

Sementara itu, katanya, kinerja dan citra PKS yang terus membaik juga akan meningkatkan dukungan dari masyarakat, terutama pemilih dari partai berbasis massa Islam yang kecewa terhadap kinerja partai ini.

Yulianto mengatakan, peluang terjadinya koalisi PDIP dengan PKS tetap terbuka, apalagi sebelumnya para petinggi kedua partai pernah menjajaki kerja sama.

Kecenderungan yang terjadi, katanya, sejak empat tahun terakhir ini partai nasionalis berusaha merangkul kelompok religius, begitu pula partai Islam juga terus menggalang kekuatan dengan mendekati kelompok nasionalis dan lintas agama.

"Dengan kecenderungan seperti itu, peluang koalisi PDIP dengan PKS untuk mengusung Megawati-Hidayat sebagai capres dan cawapres pada Pilpres 2009 sangat terbuka," katanya.

Menurut dia, pasangan tersebut akan menjadi rival berat bagi SBY apalagi bila Jusuf Kalla akhirnya memilih maju sendiri sebagai capres. "Jusuf Kalla sebagai representasi luar Jawa memberi andil cukup besar dalam sukses pemerintahan SBY," kata Yulianto.

Ia menjelaskan, setidaknya ada tiga modal penting bagi SBY untuk memenangi Pilpres 2009. SBY dinilai banyak pihak sukses memberantas praktik korupsi sekaligus menerapkan tata pemerintahan yang baik.

Kedua, menurut dia, pemerintahan SBY juga sukses menciptakan stabilitas sosial politik, termasuk mengakhiri konflik secara damai dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Memang perekonomian masih dirasakan sulit, tetapi banyak orang merasakan stabilitas keamanan, sosial, dan politik jauh lebih baik. Ini menjadi modal penting untuk perbaikan perekonomian di masa yang akan datang," katanya.

Ketiga, katanya lagi, pemerintahan SBY akhirnya menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium meskipun hal ini lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu melorotnya harga minyak dunia belakangan ini.

Menurut dia, peluang Prabowo Subianto, Wiranto, dan Sultan Hamengku Buwono X tidak terlalu besar, sebab keduanya belum memiliki infrastruktur politik yang mapan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008