Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa pemerintah segera membangun unit penyimpanan elpiji guna mengatasi kelangkaan elpiji agar tidak terjadi lagi di masa mendatang. Hal tersebut terungkap saat Wapres Jusuf Kalla meninjau depot elpiji Tanjung Priok, di Jakarta, Minggu (14/12) bersama rombongan seperti Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Taufiq Effendi dan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto. Menurut Wapres, rangkaian produksi dan distribusi elpiji lebih panjang dibanding minyak tanah, ada enam tahapan untuk sampai ke konsumen yakni produksi, pengapalan, pengiriman ke kilang elpiji, penyimpanan di kilang, kemudian pengiriman ke stasiun pengisian bahan bakar dan terakhir dinikmati oleh konsumen. "Semua langkah ini kekuatannya harus sama. Ini yang kami sebut suatu dilema keberhasilan. Pada saat program (konversi minyak tanah ke gas) ini dijalankan, masih ada suatu ketidakyakinan dari pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat," ujar Kalla. Akan tetapi, lanjut Wapres, dalam perkembangan selanjutnya kenyataan berbicara lain, elpiji atau gas justru menjadi bahan bakar yang disuka dan diminati oleh masyarakat. Selain karena bersih, bahan bakar ini lebih murah dari minyak tanah. Sebelumnya, Wapres Kalla mengatakan tersendatnya pasokan elpiji lantaran keterlambatan kapal-kapal pengangkut. Untuk itu pemerintah berjanji tidak ada lagi kapal-kapal pengangkut yang terlambat dalam dua sampai tiga hari ke depan. "Diharapkan sudah tidak ada lagi kapal terlambat sehingga pasokan elpiji lancar, Senin atau Selasa mudah-mudahan sudah normal lagi," kata Kalla dalam keterangan singkat di rumah dinasnya, Jumat. Menurut Wapres, terjadinya kelangkaan gas elpiji, juga akibat masalah teknis di tempat pengisian di Cilacap dan Indramayu (Balongan). Selain itu juga adanya percepatan penerimaan masyarakat atas program konversi minyak tanah ke gas elpiji. "Tentu kita merasa bersyukur bahwa upaya pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah ke elpiji itu sangat disambut positif oleh masyarakat dan pemerintah juga berusaha memperbaiki," kata Wapres. Wapres membantah adanya anggapan kelangkaan tersebut dan unsur kesengajaan. "Yang terjadi benar-benar karena keterlambatan dalam pengisiannya saja," tegasnya. Wapres menjelaskan saat ini di Indonesia baru ada 50 tempat pengisian gas elpiji, padahal yang diperlukan idealnya ada 200 tempat pengisian. Sementara saat ini program konversi minyak tanah ke gas elpiji baru berjalan 50 persen. Selain itu Wapres juga meragukan jika gas elpiji isi 3 kg banyak diborong oleh kalangan menengah atas. Menurut wapres hal itu akan sulit terjadi. "Saya tidak yakin, kenapa? Karena mereka pasti malu nenteng-nenteng gas tiga kilogram masuk rumah gedongan. Industri juga pasti nggak ada. Setengah jam sudah habis," kata Wapres. Senada disampaikan pula oleh Direktur utama Pertamina Ari Soemarno, bahwa ada tiga penyebab kelangkaan elpiji dalam seminggu terakhir. Tiga alasan itu adalah tidak optimalnya operasional kilang, gangguan cuaca dan kenaikan permintaan. Untuk alasan pertama karena ada dua kilang besar Pertamina, yaitu Balongan dan Cilacap sedang mengalami perawatan dan gangguan. Akibatnya pasokan elpiji untuk beberapa daerah pun mau tidak mau harus tersendat. Kedua, adalah gangguan cuaca yang membuat penyaluran elpiji tidak bisa berjalan seperti biasanya. Karena cuaca yang tidak bersahabat, kapal-kapal yang mengangkut elpiji akhirnya tidak bisa merapat ke pelabuhan. Ketiga adalah kenaikan permintaan menjelang hari raya. Rencananya, Wapres Jusuf Kalla beserta rombongan akan meninjau kilang Balongan, namun rencana tersebut gagal, karena Presiden memanggil Wapres dalam Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan pada pukul 15.00 WIB yang akan membahas masalah kelangkaan elpiji tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008