Jakarta (ANTARA News) - Jangan anggap Malaysia lebih puritan dari Indonesia karena, setidaknya dalam salah satu film paling kontroversial di negeri itu "Histeria," negeri itu juga mengalami evolusi orientasi hubungan seksual. Film Histeria yang mengguncang publik Malaysia beberapa pekan terakhir ini sebenarnya adalah film horor tentang petualangan enam remaja putri di sebuah asrama hantu. Yang kontroversial dari film ini adalah adegan ciuman dua remaja lesbian, diperankan dua aktris cantik Malaysia Norliana "Yana" Samsudin dan Sharifah "Scha" Norazean, yang sempat dihujat tetapi dinanti para penonton Malaysia. Sayang, lapor harian The New Strait Times, hasrat penonton Malaysia untuk menonton adegan ciuman maut dua aktris itu tak kesampaian karena lembaga sensor di sana telah menyingkirkan adegan itu. "Adegan intim antara Norliana Samsudin dan Sharifah Norazean atau Scha, hilang dalam film berdurasi 96 menit itu," begitu The New Strait Times, Jumat. Penonton Malaysia pun kecewa. Sebuah sumber menyebutkan, adegan ciuman lesbi ini, dengan sembrono diedit selama masa pascaproduksi yang dikerjakan oleh sebuah rumah produksi atau studio di Bangkok, Thailand. Mohd Nur Syafiq Amin (16) yang bersama sepuluh kawannya menonton film itu bertanya, "Apa yang telah terjadi pada adegan itu? Kami sungguh ingin melihat adegan itu." Remaja lainnya, Tan Shea Ha, berkata, "Jadi tidak ada artinya deh." Adegan itu seharusnya memperlihatkan Nurliana mendekati Scha untuk kemudian berpagutan berciuman, namun adegan yang ditunggu-tunggu itu tidak terjadi karena begitu muka Norliana dan Scha berdekatan, adegan itu berhenti dan melompat ke adegan baru lainnya. Padahal, sehari sebelumnya Harian ini dan banyak lagi media massa Malaysia, ramai memberitakan adegan ciuman lesbian pertama di Negeri Jiran itu. Adegan itu sebenarnya tidak ada dalam skenario karena memang lahir dari improvisasi sang sutradara, James Lee, yang merasa filmnya harus menggambarkan realitas kehidupan remaja di asrama sekolah. "James ingin memperlihatkan realitas kehidupan remaja-remaja putri di asrama sekolah," kata Yana. Norliana dan lawan mainnya Sharifah Norazean, semula tidak diwajibakn beradegan ciuman, namun saat di lokasi shooting James meminta mereka beratraksi lebih mesra dari sekedar saling meremas jari tangan. "Scha dan aku semula hanya disuruh (skenario) untuk saling berpegangan tangan untuk menunjukkan tarikan emosi diantara kami, tapi di lapangan Lee malah munyuruh kami berciuman," kata Yana. Sebelum ditayangkan di bioskop-bioskop Malaysia, film karya sutradara yang memenangkan Best Asean Feature Award dan Fipresci Prize pada Festival Film Internasional Bangkok 2005 ini, sudah mengundang kontroversi besar di Malaysia. Masyarakat dan para penggemar Norliana serta Sharifah ramai menggugat kedua bintang remaja cantik yang dua-duanya Muslim itu. "Saya banyak menerima email dan pesan di Facebook saya yang isinya kecaman semua. Beberapa dari mereka bertanya mengapa aku yang muslim ini mau memperagakan adegan itu," papar Yana. Untung, sebelum ciuman lesbian itu ditonton jutaan remaja Malaysia, adegan tersebut hilang begitu saja di bioskop-bioskop Malaysia. Beberapa orang mengatakan ini pasti ulah badan sensor film Malaysia, tetapi ada yang berkilah itu adalah kesalahan dalam pengeditan di Bangkok. Parahnya, jika alasan terakhir yang konon disampaikan oleh pihak berwenang Malaysia benar, maka produser film menyuruh pencetakan baru sesuai dengan cerita film yang seharusnya karena sumber asli film ada di studio pascaproduksi di Bangkok. "Karena studio pascaproduksi Bangkok memegang asli film ini, maka produser akan meminta studio itu mencetak 46 salinan baru untuk diedarkan di bioskop-bioskop Malaysia," demikian sebuah sumber kepada koran Malaysia itu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008