Conakry, Guinea (ANTARA/dpa) - Pemimpin kudeta militer Guinea mengangkat diri sebagai presiden setelah sebuah parade kemenangan di jalan-jalan di ibukota Conakry. Kapten Moussa Dadis Camara, yang Selasa lalu mengumumkan pemerintah dan konstitusi dibekukan beberapa jam setelah kematian President Lansana Conte, mengatakan pemilihan umum yang "bebas dan transparan" akan diselenggarakan pada 2010. Camara dan orang-orangnya disambut sorak-sorai ribuan orang di jalan-jalan Conakry Rabu sore, demikian beberapa laporan. Jam malam yang diberlakukan pemimpin kudeta ditunda hingga 26 Desember untuk memberikan kesempatan warga menikmati liburan Natal. Awal pekan ini pemimpin kudeta menunjuk sebuah dewan nasional beanggotakan 26 pemimpin militer dan enam warga sipil untuk menggantikan pemerintah. Para menteri dari pemerintahan sebelumnya telah diperintahkan untuk melapor ke markas militer. Namun, Dewan Nasional Presiden Aboubacar Sompare, yang menurut konstitusi mantan koloni Perancis itu seharusnya menjadi presiden sementara hingga pemilihan umum diselenggaran, dan Perdana Menteri Ahmed Tidiane Souare, telah mengklaim mereka masih berkuasa di Guinea. Uni Eropa, Uni Afrika dan PBB mengutuk kudeta itu dan menyeru seluruh pihak menghormati hukum dan memastikan transisi yang damai. Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika, Rabu, menggelar pertemuan darurat guna membicarakan krisis di Guinea. "Diperkirakan, kemungkinan besar akan terjadi kudeta lagi, sebuah kudeta anti kudeta, dan pemilihan umum yang memalukan di tengah ketidakseimbangan politik dan perpecahan suku," kata Sebastian Spio-Garbrah, analis dari keompok Eurasia yang berkantor di New York. Ada juga kekhawatiran, gangguan itu bisa menyebar ke kawasan lain, dimana negara tetangga Guinea Rabu lalu mengatakan bahwa negeri itu meningkatkan keamanan. Conte mengambilalih kekuasaan di Guinea melalui sebuah kudeta tidak berdarah pada pada 1984 dan menjaga kesatuan negerinya hingga hari kematiannya. Dalam beberapa tahun terakhir, Conte harus menyaksikan kepemimpinannya diuji oleh sebuah pemberontakan militer, kerusuhan anti pemerintah dan pemogokan akibat kenaikan harga minyak dan pangan. Pemimpin itu diketahui menderita diabetes dan seorang perokok berat. Guinea masih bergulat dengan kemiskinan sekalipun dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan bauksit terbesar dunia. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008