Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton akan meninjau kemungkinan membuka kembali program Korps Perdamaian AS di Indonesia saat melakukan kunjungannya ke Jakarta, kata seorang jurubicara pemerintah AS.

"Menlu Hillary saat kunjungannya ke Indonesia pada 18-19 Februari mengatakan Amerika mungkin membuka kembali program Korps Perdamaian AS di Indonesia setelah itu dihentikan pada pertengahan 1960-an," kata Deputi Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Robert Wood, dalam jumpa pers di Washington, menurut siaran pers pemerintah AS yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Hillary juga akan melakukan pembicaraan konsultasi dengan para pejabat terkait Indonesia untuk membahas peningkatan kemitraan dengan Indonesia dan kepentingan bersama di Asia Tenggara.

"Indonesia merupakan negara penting bagi AS. Menlu Hillary merasa penting bahwa kami ingin mencapai itu dan mencapai lebih awal dengan Indonesia," kata Wood, "Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia."

Hillary akan menjalankan misi luar negeri pertama sebagai Menteri Luar Negeri ke Asia Timur selama delapan hari mencakup Jepang, Indonesia, Korea Selatan dan China.

Hillary, yang dijadwalkan bertolak dari Washington pada 5 Februari, akan menyampaikan beragam masalah dari ekonomi hingga perubahan iklim, kata Wood.

Ia memilih untuk melakukan kunjungan pertamanya ke Asia karena kepentingan starategis dan meningkatkan peran kebijakan luar negeri AS, kata Wood.

"Di semua ibu kota, Menlu akan mendiskusikan pendekatan bersama bagi tantangan yang dihadapi masyarakat internasional, mencakup anjloknya pasar uang, masalah kemanusiaan, keamanan dan perubahan iklim," katanya.

Hillary akan berada di Jepang pada 16-18 Februari, kemudian melanjutkan kunjungan ke Indonesia pada 18-19 Februari, Korea Selatan 19-20 Februari dan China 20-22 Februari.

Dua masalah lain yang akan menjadi perhatian selama kunjungan Menlu Hillary adalah hak asasi manusia dan pemberdayaan perempuan, kata Wood.

"Menlu merasa bahwa kunjungannya ke Asia itu akan memberi sinyal kuat bagi Asia dan seluruh dunia mengenai pentingnya Asia terutama bagi agenda kebijakan luar negeri kami," kata Wood.

"Fakta bahwa ia pergi ke Asia sebagai lawatan pertama dia, saya kira hal itu sangat penting," katanya.(*)    

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009