Gresik (ANTARA News) - Kasus demam berdarah di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mulai meningkat, bahkan selama bulan Januari 2009 telah mencapai 195 kasus.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Gresik, Adi Yumanto, Selasa, menyebutkan, kasus demam berdarah di bulan Januari 2008 hanya 119 kasus dan Februari 2008 147 kasus.

"Puncak demam berdarah bakal terjadi pada Februari sampai April. Biasanya di musim penghujan dan setelah banjir demam berdarah menjadi Kejadian Luar Biasa," katanya.

Tiga kecamatan di Gresik yang dinyatakan sebagai daerah endemis demam berdarah adalah Gresik, Kebomas, dan Manyar.

Sementara itu mahalnya biaya pengasapan (fogging) yang tak sebanding dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi persoalan tersendiri bagi Dinkes Grersik dalam mengatasi wabah penyakit itu. Untuk menutupi kekurangan anggaran, kata Yumanto, Dinkes telah bekerjasama dengan beberapa BUMN di Gresik.

Sama seperti tahun lalu, anggaran fogging tahun ini sekitar Rp800 juta atau cukup untuk 200 titik lokasi. Hingga Februari ini sudah ada 195 titik lokasi yang telah difogging.

"Kalau hanya mengandalkan APBD pasti kurang, untuk itu Dinkes mengadakan kemitraan dengan pihak lain,"katanya.

Upaya lain yang dilakukan Dinkes Kabupaten Gresik untuk mencegah KLB, kata Yumanto terus mensosialisasikan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mendorong peran serta 770 juru pemantau jentik nyamuk (jumantik).

Meningkatnya kasus DB juga dibuktikan dengan banyaknya jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Ibnu Sina Gresik. "Sampai saat ini sudah ada 114 pasien demam berdarah," kata Kabid Pelayanan Medik RS Ibnu Sina, Sri Rahayu.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009