Brisbane, (ANTARA News) - Kampanye pengumpulan sumbangan masyarakat bagi para korban kebakaran semak belukar negara bagian Victoria, Australia, terus berlangsung, namun ada saja orang yang "mengail di air keruh" dengan memanfaatkan momen solidaritas kemanusiaan publik untuk keuntungan pribadi.

Namun, ada saja orang yang memanfaatkan momen bencana kebakaran yang  telah menewaskan sedikitnya 181 orang dan memporak-porandakan lebih dari seribu rumah warga itu untuk keuntungan pribadi.

Kepolisian Queensland telah menahan seorang pria asal Brisbane berusia 29 tahun yang melakukan pengumpulan dana secara ilegal ke beberapa rumah warga di suburb Westlake, Rabu (11/2).

Dalam penjelasan persnya, Kepolisian Queensland mengungkapkan, tersangka ditangkap di daerah Mount Ommaney setelah polisi menerima laporan seorang warga yang mencurigai aksinya.

Kasus pria yang tidak disebutkan namanya itu mulai disidangkan di Pengadilan Magistrat Richland, Kamis.

Kepolisian Queensland sebelumnya juga sudah mengingatkan masyarakat agar mewaspadai aksi orang-orang tidak bertanggungjawab yang mengatasnamakan diri mereka petugas organisasi kemanusiaan pengumpul sumbangan bencana kebakaran Victoria.

Setidaknya kepolisian Queensland sudah menerima dua laporan warga tentang aksi pengumpulan dana ilegal di darah Gold Coast dan Sunshine Coast.

Memasuki hari ke-enam bencana, Kamis pagi, total nilai donasi publik yang masuk ke pundi Dana Imbauan Kebakaran Semak Victoria (VBAF) Palang Merah Australia (ARC) sudah mencapai 49,6 juta dolar Australia.

Jumlah itu dipastikan terus meningkat karena Coles, salah satu jaringan supermarket terbesar dengan 740 cabang di seluruh Australia, misalnya, akan menyalurkan semua keuntungan penjualannya padai Jumat (13/2) ke VBAF Palang Merah Australia.

ARC yang bertanggungjawab terhadap pundi VBAF mengimbau warga agar  menyalurkan sumbangannya dengan menghubungi nomor telepon 1800811700 atau mengecek situs resmi ARC.

Sementara itu, masyarakat Indonesia di Melbourne, Kamis, menyelenggarakan acara pengumpulan dana bantuan bagi para korban kebakaran semak belukar Victoria di kantor Konsulat Jenderal Indonesia Melbourne.

Selain mereka, kegiatan pengumpulan bantuan bagi para korban juga dilakukan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland, Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane dan masyarakat pengajian akhir pekan Ikhwan Brisbane.

Memasuki hari ke-enam bencana, Kamis pagi, total nilai donasi publik yang masuk ke pundi Dana Imbauan Kebakaran Semak Victoria (VBAF) Palang Merah Australia (ARC) sudah mencapai 49,6 juta dolar Australia.

Jumlah itu dipastikan terus meningkat karena Coles, salah satu jaringan supermarket terbesar dengan 740 cabang di seluruh Australia, misalnya, akan menyalurkan semua keuntungan penjualannya padai Jumat (13/2) ke VBAF Palang Merah Australia.

Dana terkumpul akan disalurkan ke korban lewat VBAF dan "Human Appeal International Australia".

Pemerintah RI sudah berkomitmen memberikan bantuan sebesar satu juta dolar Amerika bagi program pembangunan kembali sekolah-sekolah di daerah bencana dan mengirim tim forensik Polri untuk membantu upaya identifikasi para korban tewas.

Kebakaran terburuk dalam sejarah Australia sejak 1983 itu tidak hanya menelan korban jiwa, tapi juga menghancurkan lebih dari seribu rumah warga dan sekitar 400 ribu hektar hutan semak belukar.

Untuk meringankan beban korban, pemerintah pusat menyiapkan bantuan tunai melalui "pembayaran Pemulihan Bencana Pemerintah Australia", masing-masing 1.000 dolar bagi setiap warga berusia dewasa dan 400 dolar bagi setiap anak-anak.

Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah hingga mencapai 300 orang, karena masih banyak warga yang dinyatakan hilang dan belasan titik api masih membara di sejumlah lokasi.  

Para korban tewas itu antara lain ditemukan di daerah Kinglake, Kinglake West, St Andrews, Wandong, Callignee, Hazelwood, Jeeralang, Humevale, Bendigo, Upper Callignee, Long Gully, Strathewan dan Arthurs Creek.

Australia adalah salah satu negara sahabat Indonesia, yang segera membantu korban bencana tsunami Aceh-Nias pada 2004 dan gempa bumi Nias pada 2005. Australia juga memberikan banyak bantuan bidang pendidikan kepada Indonesia.  (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009