Tokyo  (ANTARA News) - Amerika Serikat kini memberikan perhatian yang lebih meng-Asia.

"Asia kini menjadi prioritas bagi pemerintahan Obama," kata Menlu Hillary Rodham Clinton dalam jumpa pers bersama dengan Menlu Jepang Hirofumi Nakasone di Iikuro House, Tokyo, Selasa.

Hillary mengemukakan bahwa kunjungannya ke Jepang menjadi simbol pentingnya Asia bagi masa depan global, terutama dalam mengatasi masalah-masalah internasional.

Clinton berada di Jepang selama tiga hari dalam rangkaian kunjungannya ke negara-negara di Asia. Selain Jepang, mantan first lady AS itu akan mengunjungi Indonesia (18-19 Februari), China dan Korea Selatan.

Pentingnya Asia dibuktikan dengan mengunjung mitra utamanya di Asia, Jepang, sekaligus memperingati setengah abad kerjasama pakta pertahanan kedua negara. Hillary juga mematahkan tradisi para Menlu AS yang biasanya memilih Eropa atau Timur Tengah saat pertama kali memulai lawatan luar negeri.

Pada kesempatan itu Hillary juga menyampaikan undangan Presiden Barack Obama kepada PM Jepang Taro Aso untuk berkunjung ke Washington yang akan dilakukan pada 24 Februari mendatang.

Sebelum memulai jumpa pers kedua pejabat tinggi tersebut menandatangani nota diplomatik mengenai pemindahan (relokasi) 8.000 pasukan marinir AS yang ditempatkan di Okinawa ke Guam, teritori AS di Pasifik, hingga 2014. Sebelumnya rencana relokasi tersebut selalu menemui kemacetan, walau telah dibahas sejak 1996, namun baru dibicarakan serius sejak 2005.

Kedua negara juga sepakat bekerjasama mengatasi berbagai isu global, mulai dari prubahan iklim, krisis keuangan global, serta terorisme di Afghanistan dan Pakistan. Isu penting lainnya yang disepakati untuk di atasi bersama adalah masalah pemusnahan senjata nuklir Korea utara dan kasus penculikan warga Jepang oleh agen-agen Korut pada tahun 1970-an.

"Sebagai negara yang berpengaruh dalam bidang ekonomi, AS dan Jepang memiliki tangungjawab yang besar untuk memulihkan krisis ekonomi yang kini sedang terjdi," kata Clinton.

Kedua menteri juga bertukar-pandangan intensif khusus mengenai China, negara yang sempat dikhawatirkan menyedot perhatian AS lebih besar ketimbang Jepang. Keduanya menekankan pentingnya China memainkan peran yang lebih konstruktif dalam berbaga arena internasional.

"Ancam" Korea Utara

Pada kesempatan itu, Clinton yang mengenakan gaun warna biru gelap bersikap tegas dalam menjawab isu soal Korut. Clinton mengingatkan negara komunis itu untuk bersikap koperatif dalam perundingan "Six-party talks".

"Semuanya kini tergantung pada sikap Korut sendiri, namun AS akan mencermati dengan serius perkembangan yang dilakukan Korut," kata istri Bill Clinton, mantan presiden AS itu.

Amerika Serikat, katanya, mendukung penuh upaya Jepang untuk melakukan normalisasi hubungannya dengan Korut, namun juga harus diingat bahwa upaya tersebut menuntut juga penyelesaian kasus penculikan dan pemusnahan senjata nuklir sebagai persyaratan utamanya.

Kedua menteri lebih jauh mengingatkan bahwa tindakan uji coba peluncuran rudal sebagai tindakan yang tidak membantu dalam mencari kesepakatan untuk penyelesaian ketegangan di semenanjung Korea itu.

Sikap solidaritas terhadap Korea Selatan juga dikemukakan keduanya, khususnya peran aktif Korsel dalam perundingan enam negara (Six-party talks) dalam menangani pemusnahan program nuklir Korut.

"Saya tidak khawatir sekarang jika Amerika Serikat akan melakukan perubahan kebijakannya terhadap Korea Utara di masa-masa mendatang," kata Nakasone menanggapi semua penjelasan yang disampaikan Clinton.

Semula Jepang sempat marah ketika AS mengeluarkan Korut dalam daftar hitam AS sebagai negara yang mensponsori terorisme.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009