Perajin saserangan semakin kaya akan inovasi dan kreasi seperti motif tigarun, rambai menara pandang bahkan beberapa desain telah berani mengkombinasikan dengan batik luar daerah sehingga memunculkan warna baru yang lebih menarik
Banjarmasin (ANTARA) - Sebanyak 43 desain baru motif kain sasirangan hasil produksi dari perajin sasirangan Banjarmasin dilombakan dalam ajang Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2020.

Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina di Banjarmasin, Kamis mengatakan, pihaknya berharap melalui BSF ini akan mampu mengenalkan kain sasirangan bukan hanya ke level nasional tetapi juga internasional.

Selain itu, kegiatan lomba desain ini juga bertujuan untuk mendorong para perajin sasirangan agar lebih meningkatkan kreativitasnya.

Pada kegiatan BSF tersebut, beragam motif sasirangan yang memiliki corak dan warna menarik dengan mengikuti tren pasar dipajang, untuk dinilai oleh tim juri BSF yang telah ditunjuk.

Sebanyak 43 desain perajin kain sasirangan memasang hasil kerajinannya tersebut di Rumah Anno Siring Menara Pandang Banjarmasin.

Lomba desain yang mengangkat identitas kultur alam Banjarmasin ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas perajin sasirangan agar bisa bersaing di kancah nasional dengan mengutamakan pada kerapian, tingkat kesulitan dan tata letak motif, tanpa menghilangkan pakem khas sasirangan.
 
Motif baru sasirangan yang dilombakan pada BSF. (Antaranews Kalsel/Latif Thohir)
Pada lomba tersebut, perajin menggunakan dua unsur bahan pewarnaan yaitu pewarnaan kimia dan pewarnaan alam.

Saat meninjau lokasi lomba, Wali Kota Bajarmasin Ibnu Sina mengatakan, selama 4 tahun pelaksanaan BSF, motif sasirangan berkembang pesat dan semakin semarak.

"Perajin saserangan semakin kaya akan inovasi dan kreasi seperti motif tigarun, rambai menara pandang bahkan beberapa desain telah berani mengkombinasikan dengan batik luar daerah sehingga memunculkan warna baru yang lebih menarik," katanya.

Bahkan, kata dia, untuk memperkaya desain ini, beberapa kabupaten kota juga menawarkan motif baru, yang kemudian menjadi inovasi dan kreatifitas dari masing-masing daerah.

"Oleh karena itu saya berharap di sini akan lahir para perajin yang bagus-bagus, kemudian juga kreatifitas dan inovasinya denga tetap tidak menghilangkan identitas, bahwa sasirangan itu adalah ciri khas jalujur, kemudian sasirangan itu memiliki motif-motif tertentu yang dipatenkan," katanya.

Salah seorang peserta, Riza Aspihany mengaku lebih memilih menggunakan bahan pewarnaan alam, dengan alasan selain aman terhadap lingkungan, hasil dari penggunaan bahan ini juga mulai disukai oleh pasar, terutama dari luar daerah walau harganya relatif lebih mahal.

"Dibanding pewarnaan kimia, pewarnaan alam memang lebih mahal, karena proses pengerjaanya lebih susah, tapi pasarnya cukup bagus saat ini," katanya.

Apalagi, tambah dia, untuk konsumen luar daerah, sudah familiar dengan warna alam, karena mereka tahu warna alam lebih bagus dan ramah lingkungan. Selain itu dari pewarnaan juga lebih baik.

Khusus pewarna alam, kata dia, harga dengan kain katun satin mencapai Rp250 ribu sedangkan katun sutra mencapai Rp400 ribu.

Bagi pemenang lomba, selain mendapatkan penghargaan, motif desain terbaik nantinya akan dijadikan baju seragam saat perayaan menyambut hari jadi Kota Banjarmasin 2020.

Baca juga: BSF ajang Banjarmasin kenalkan batik Sasirangan ke dunia

Baca juga: Ribuan warga ikuti karnaval Banjarmasin Sasirangan Festival


 

Pewarta: Ulul Maskuriah/Latif Thohir
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020