Jakarta (ANTARA News) - Jumlah penderita kusta atau lepra baru di dunia turun tajam dalam enam tahun terakhir, namun di Indonesia justru terus bertambah.

"Menurut data WHO tahun 2008, jumlah kasus lepra baru di dunia yang tahun 2001 sebanyak 760 ribu turun tajam menjadi 210 ribu kasus pada awal 2008. Di Indonesia yang tahun 2002 jumlah kasus barunya baru 12 ribu pada awal tahun 2008 malah bertambah menjadi sekitar 17 ribuan," kata Duta Misi Lepra Internasional untuk Indonesia A.B. Susanto di Jakarta, Selasa.

Jumlah kasus lepra baru di tanah air tersebut, menurut dia, lebih tinggi dari jumlah kasus baru lepra di Cina dan Ethiopia yang pada 2007 berturut-turut 1.500 kasus dan 4.000 kasus.

"Kita hanya lebih rendah dari India dan Brazil," katanya.

Kasus penyakit yang jika tidak segera ditangani mengakibatkan kecacatan itu, menurut dia, sebagian besar ditemukan di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Ia memperkirakan, peningkatan jumlah penderita kusta baru di Indonesia terjadi karena upaya penanggulangan penyakit kuno yang disebabkan Mycobacterium leprae itu kini tidak lagi mendapat perhatian penuh dari pemangku kepentingan terkait.

"Penyakit ini tidak mudah menular, bisa disembuhkan dengan pengobatan dan obatnya yang disebut `Multi Drug Therapy` juga disediakan gratis oleh pemerintah di Puskesmas. Jadi kalau masih menular berarti semua orang, termasuk profesi medis, kurang memperhatikan," katanya.

Sementara menurut dr. JP Handoko Soewono dari Rumah Sakit Kusta Sitanala Tangerang, peningkatan kasus penyakit lepra di tanah air lebih disebabkan oleh memburuknya kondisi ekonomi masyarakat.

"Masa inkubasi penyakit lepra rata-rata 10 tahun. Kalau diamati, tahun 1998, jumlah kasusnya sudah menurun dan sepuluh tahun kemudian naik lagi. Terlihat ada korelasi di sini, apalagi dengan melihat pengalaman di negara lain. Di Eropa, kusta sudah tidak ada lagi sejak tahun 1952, setelah kondisi ekonomi masyarakatnya mapan," jelasnya.

Ia menjelaskan pula bahwa sebenarnya peluang seseorang terkena penyakit kusta sangat kecil karena Mycobacterium leprae tidak akan bisa menyerang manusia dengan sistem kekebalan alamiah normal dan 90-95 persen manusia lahir dengan kekebalan alamiah normal.

Kekebalan alamiah seseorang bisa tidak normal jika selama dalam kandungan janin tidak mendapatkan asupan nutrisi cukup dan sang ibu tinggal di lingkungan yang sanitasinya buruk. Gizi kurang dan sanitasi yang buruk sangat erat hubungannya dengan kemiskinan.

Oleh karena itu, dia menjelaskan, upaya pemberantasan penyakit yang telah menyerang manusia sejak 300 tahun sebelum Masehi itu mesti diawali dengan penanggulangan masalah kemiskinan.

Selanjutnya, kata Susanto, tentu pemerintah dan semua pemangku kepentingan terkait harus kembali memperhatikan penyebaran penyakit tersebut serta upaya penanggulangannya.

"Jangan sampai dilupakan bahwa penyakit ini masih ada dan harus dimusnahkan dengan memutuskan rantai penularannya dengan menemukan secara dini penderita dan mengobatinya supaya tidak menular," katanya.

Kendati mekanisme penularan yang tepat hingga kini belum diketahui namun beberapa hipotesis yang telah dikemukakan menyebutkan penyakit ini antara lain bisa menular melalui udara atau akibat kontak dekat dengan penderita yang tidak mengikuti pengobatan.

"Menurut hasil penelitian, penderita yang sudah mengonsumsi obat MDT dalam dua kali 24 jam kumannya sudah mati sehingga tidak bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain," katanya.

Penderita penyakit kusta sendiri, kata dia, akan bisa sembuh dari penyakitnya setelah menjalani pengobatan teratur selama antara enam bulan hingga satu tahun.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009