Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi Willa Damayanti membagikan tip atau petunjuk bagaimana cara membedakan bercak panu dan lepra atau kusta pada kulit secara sederhana.

"Panu itu biasanya seperti sisik halus begitu. Biasanya ada pemeriksaannya, kita bilang fingernail sign, kalau kita kerok sedikit, nah itu biasanya dia akan bersisik kalau panu," katanya dalam diskusi tentang kusta yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Kemudian, Willa melanjutkan, panu umumnya hanya ditemui pada daerah yang rentan berkeringat seperti area wajah, atau badan yang lembap dan terkena sinar matahari, sedangkan kusta bisa ditemukan di mana pun.

Selain itu, kulit yang terkena panu tidak berkurang sensibilitasnya dalam meraba atau merasakan sentuhan. Berbeda dengan kusta yang hilang atau berkurang sensibilitasnya dalam meraba dan merasakan sentuhan hingga terjadi kelemahan otot pada titik tertentu.

Baca juga: Dokter: Waspadai adanya perubahan warna kulit, bisa jadi gejala kusta

Baca juga: Dokter: Tidak ada kekebalan khusus kusta


"Bisa terjadi kelemahan otot. Makanya kalau mendeteksi, biasanya kita ada pemeriksaan begitu pasien datang, kita lakukan beberapa pemeriksaan saraf. Biasanya ada enam nervus yang kita lihat atau enam saraf, baru kita nilai nanti, mana saja yang terjadi penurunan atau kelemahan dari otot tersebut," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta itu.

Saat kusta bertambah parah, kata Willa, benjolan yang lebih besar bernama facies leonina (muka singa) bisa tumbuh di wajah.

Ia mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapapun, baik anak-anak maupun dewasa. Namun, umumnya penyakit tersebut terjadi pada orang di usia 25-35 tahun.

Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun pada tubuh meningkatkan risiko terjadinya kusta pada seseorang.

Meski demikian, Willa menyebutkan penyakit kusta dapat disembuhkan. Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat bila mendapatkan sejumlah gejala dan ciri-ciri yang telah disebutkan, karena dengan mengenali gejalanya sedari dini, maka pengidap kusta dapat terobati dengan cepat dan tepat.

"Lalu, hentikan stigma negatif pada kusta, karena memang penyakit ini terlihat dari luar jelas bentuknya, memang kadang agak menakutkan. Kalau kita nggak sama-sama untuk memusnahkan kusta, ini kusta akan tetap terus ada," tuturnya.

Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tanggal 28 Januari. Pada tahun ini, Hari Kusta Sedunia bertemakan "Kalahkan Kusta". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memiliki pengidap kusta terbanyak di dunia.*

Baca juga: Kusta yang tak tertangani bisa sebabkan kecacatan

Baca juga: Ini beda bercak putih panu dengan kusta

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024