Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini menyatakan negaranya sangat menghargai budaya koeksistensi damai di Indonesia dan menganggap perlunya masyarakat global belajar dari toleransi di Indonesia.

Menurut keterangan dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Sabtu, saat membuka konferensi bertema "Unity in Diversity, the culture of coexistence in Indonesia"

bersama dengan Menlu RI N Hassan Wirajuda di Roma, pekan ini, ia menilai Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

Indonesia juga berperan sebagai model yang mewakili tradisi Islam "moderat" yang dapat hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain.

Sementara itu Menlu Wirajuda, dalam sambutannya, menyampaikan penghargaan atas terselenggaranya konferensi yang menjadikan Indonesia sebagai model dari hubungan ideal antar umat beragama.

Ia menjelaskan bahwa konsep "unity in diversity" (Bhineka Tunggal Ika) semakin penting di dunia yang multi-kultur dewasa ini, terlebih tidak ada satu pun negara yang benar-benar homogen dalam batas wilayahnya.

Itu menyebabkan toleransi yang berkembang dalam hubungan antar- penganut agama di Indonesia, yang berakar dari budaya musyawarah untuk mufakat, menjadi salah satu cara dalam membangun dan mempertahankan keharmonisan dunia moderen.

Pandangan sejenis juga disampaikan Prof. Andrea Riccardi, pendiri Santo Egidio. Ia mengatakan bahwa Indonesia merupakan laboratoriom kemajemukan (pluralisme), dan dunia memerlukan peradaban mengenai hidup berdampingan secara damai (civilization of coexistence).

Selain menjadi forum untuk saling belajar dan berbagi pengalaman, konferensi yang merupakan hasil kerja sama pemerintah kedua negara dengan perhimpunan Santo Egidio itu juga dimaksudkan untuk membangun dialog tingkat tinggi antara wakil-wakil organisasi Islam di Indonesia dan para pakar dari Italia.

Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai narasumber Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi serta tokoh-tokoh agama lain dari Indonesia antara lain Prof. Dr. Bachtiar Effendi, Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Uskup Martinus D. Situmorang, serta utusan Menteri Agama RI yang diwakili oleh Prof. Atho Muzhar, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat serta Dr. Fatimah Husein.

Pada kesempatan itu, Indonesia menyampaikan kesediaan untuk menjadi tuan rumah konferensi serupa di Indonesia tahun depan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009